KOPERASI KREDIT SA-IJAAN SEJAHTERA MENYIMPAN DAN MEMINJAM DANA YANG HANDAL DENGAN FASILITAS OPTIMAL

ABSTRAK Koperasi Kredit Sa-ijaan Sejahtera awalnya dirintis oleh seorang pastor yang bernama Stephanus Lengi, CP. Pada tanggal 12 Agustus 2001, Koperasi Kredit Sa-ijaan Sejahtera dibentuk dengan ju…

Sumber: KOPERASI KREDIT SA-IJAAN SEJAHTERA MENYIMPAN DAN MEMINJAM DANA YANG HANDAL DENGAN FASILITAS OPTIMAL

SEGMEN SENTIMEN

Hanya berupa lembaran kecil yang tersisa dalam saku, dan isinya rentetan alur yang ujungnya disini, ditempat duduk empuk. 43 tahun lalu di suatu tempat aku dikehendaki mengikuti jejak hidup bersama keluarga dari 4 bersaudara, akulah yang bungsu. Menapaki jalan kecil itu, aku bersama keluarga yang sederhana bisa mengenyam pendidikan mulai SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Entah almarhum Bapak punya cita-cita apa terhadap diri ini, sehingga lika-likunya cukup bersambung-sambung dari ujung ke ujung.

Dari keluarga sederhana inilah aku ditempa dan banyak belajar hidup, dari yang paling ringan sampai dengan yang berat sekalipun. Dari makan dengan sambal, menggembala kambing, bertanam di tanah yang bukan milik sendiri karena hak Pemerintah.

Bersambung……….

Dekenat Timur Membina Pembina Minggu Gembira

Paroki St. Vinsensius A Paulo, 5-6 Juli 2014, Pemrakarsa kegiatan ini adalah para Pembina Minggu Gembira Dekenat Tinur dan mengundang masing-masing Paroki sebanyak 20 orang Pembina. Hal ini bertujuan untuk semakin menggerakkan Bina Iman Anak dibeberapa Paroki di wilayah Dekenat timur. Setelah berjalan beberapa waktu dalam masa persiapan, nyatanya dalam kegiatannya yang berjalan yang hadir sebanyak kurang lebih 50 orang, dikarenakan banyak hal.
Kegiatan ini sudah direkomendasikan oleh Romo Deken untuk dilaksanakan dengan mengundang Narasumber Bruder Antonius Mungsi, O.Carm. Kegiatan yang bertema : Menjadi Pembina Bina Iman Usia Dini yang kreatif, berkualitas dan Profesional, Wilayah Dekenat Timur bertujuan : Memberi bekal pengetahuan/ informasi, sharing pengalaman iman, meneguhkan semangat dan motivasi yang mantap kepada Para Pembina Sekolah Minggu Dekenat Timur, Pembina Sekolah Minggu mampu mendampingi anak sekolah minggu dengan gembira dan mewartakan Kasih Yesus kepada anak-anak. Dalam kesempatan ini merupakan pengalaman pertama Br. Mungsi datang di Bumi Antasari terlebih di Kota Tanah Bumbu. Pengalaman berbagi dan bermisi adalah sesuatu yang harus selalu dilakukan, itulah yang dilakukan oleh Bruder Mungsi selama 2 hari di Paroki St. Vincensius A Paulo Batulicin.
Materi yang disampaikan cukup menarik dan bermanfaat bagi semua peserta, beberapa materi tersebut adalah :BIUD Tanggung jawab Paroki bersama orang tua: dalam pengelolaan dan pendampingan Minggu Gembira bukan melulu tanggungjawab Pembina namun harus melibatkan Paroki dan terutama bekerjasama dengan orang tua sebab tanggung jawab bina iman adalah tanggungjawab pokok orang tua, Psikologi Anak: Mengenal secara dekat pribadi anak, karakter dan latar belakang kehidupan keluarganya, Langkah Pelaksanaan BIUD: Persiapan Bina Iman bukan dadakan namun harus disiapkan dengan baik jauh hari sebelumnya. Menyiapkan bahan, alat peraga dan juga membaca dengan tekun Kitab suci. Melaksanakannya dan jangan lupa mengevaluasi bersama , Metode-metode BIUD: Banyak metode dikenalkan dalam kehidupan terutama yang mampu mendekatkan kita kepada anak-anak misal: menyanyi, bercerita, drama, mencongklak, menjodohkan gambar dan lainnya, Kreatifitas dalam BIUD (membuat alat peraga): Ada Kolase, Montase, Mencipta lagu dan gerakannya, Praktek Pelaksanaan BIUD. Dari berbagai materi yang disampaikan, peserta sangat antusias dengan Kreatifitas dalam BIUD yaitu membuat alat peraga untuk pertemuan Bina Iman Anak. Dari hasil pelaksanaan membuat alat peraga yang cukup unik adalah dalam waktu singkat ada kelompok yang diberi tugas untuk membuat gerak dan lagu. Pengalaman mereka dalam mempersiapkan dan memperagakan ternyata cukup sulit menciptakan ide dan menuangkannya dalam peragaan.Terutama membuat kata-kata yang sesuai dengan bacaan. Namun hal ini dinilai baik oleh Bruder Mungsi karena dalam waktu singkat, kurang lebih 30 menit mampu membuatnya.

Pengalaman salah satu peserta dari Stasi Berlian Paroki St. Vincensius A Paulo, menyatakan hal ini merupakan pengalaman pertama ikut terlibat dalam Bina Iman. Cukup sulit mendampingi Anak-anak apalagi beliau merasa tidak bisa menyanyi, hal tersebut menjadi kendala karena harus bergembira dengan anak-anak. Sebaiknya melibatkan teman, atau siapa saja yang bisa menyanyi demikian tanggapan Br. Mungsi.
Diakhir pertemuan melihat kembali apa yang bisa ditindaklanjuti dari pengalaman 2 hari tersebut. Peserta mengungkapkan bergembira dapat bertemu dengan teman-teman, berbagi pengalaman pendampingan dan juga menimba materi yang bermanfaat dari Bruder. Yang amat ditekankan dalam jumpa Minggu Gembira adalah harus menyampaikan kabar gembira dari Yesus dengan kreatif dan profesional. Dengan hati gembira melayani anak-anak dalam kasih Tuhan.

HARI RAYA ST. PETRUS DAN PAULUS PAROKI ST. YUSUP KOTABARU

Kotabaru, 29/6/2014. Komunitas Basis Gerejani St. Petrus dan St. Paulus Gereja Katolik St. Yusup Kotabaru Kalimantan Selatan di hari itu mengadakan Rekoleksi dan Misa syukur bersama sebagai ungkapan kegembiraan atas Hari Raya Santo pelindungnya. Hal ini diprakarsai oleh Ketua Koumitas St. Petrus dan St. Paulus yaitu Edi Sulistiawan dan Jhon Mikhael Sore More, yang telah lama direncanakan dan pada akhirnya dapat terwujud.
Kegembiraan Umat yang datang di Kolam milik Bp. Budi Utomo di Desa Gunung Ulin tepatnya di sekitar Waduk Gunung Ulin sangatlah beralasan, karena yang datang cukup banyak kurang lebih 60 orang. Baik mulai dari Balita sampai Orang tua.

Dalam Kegiatan tersebut diawali dengan Rekoleksi Singkat yang diberikan oleh RP. Silvasius Jehaman, CP. Dengan Tema Pokok Keteladanan St, Petrus dan Paulus. Patut bergembira umat Komunitas yang bernaung di bawah Santo Petrus dan Paulus, karena kedua tokoh ini adalah tokoh besar yang sangat berpengaruh dalam kekristenan dan juga dalam Gereja Katolik. Karena Santo Petrus adalah seorang yang Gigih membela Gereja dengan pedangnya, oleh sebab itu Petrus diberikan kunci kerajaan Allah, sedangkan Santo Paulus adalah tokoh Gereja awali yang dulunya mengejar seluruh pengikut Gereja untuk di bunuh, hanya dalam perjalanannya Paulus akhirnya bertobat dan menjadi pewarta ke seluruh penjuru Dunia.
Dalam perjalanan keKristenan banyaklah umat yang meninggal demi membela Yesus, di katekombe-katekombe selama berabad-abad mereka hidup dalam pengejaran dan dengan sembunyi-sembunyi mereka tetap teguh imannya. Walau tantangannya adalah maut dan bahkan harus menjadi Gladiator melawan singa yang lapar dan disoraki penonton yang bergembira karena orang kristen mati dicabik-cabik cakar kuat singa dan dirobek-robek oleh mulut singa.
Gereja sekarang mengalami juga sesuatu yang kurang lebih sama, namun apakah kita berapa membela iman kita? Banyak hal kita telah lakukan, seperti mengadakan Bakti Sosial, Memberikan sumbangan kebakaran, hal ini kita ingin membuka pintu kasih kepada sesama, menunjukkan hidup kekristennan kita. anyak hal dapat kita lakukan, kita harus berani terbuka dan mengenal sesama kita, janganlah kita mengurung diri supaya kita semakin dikenal ditengah umat yang lain.
Dalam sharingnya Ketua komunitas Paulus menyatakan kegembiraan dapat hidup komunitas yang peduli, ada kebersamaan. Walau banyak rintangan yang harus dihadapi, dan banyak figur yang didambakan untuk menjadi sesepuh yang menjadi suri teladan bagi sesama.
Ketua Komunitas Petrus awalnya sulit menerima yang menjadi tanggung jawab mengemban estafet kepemimpinan ini. Kenapa disebut Estapet karena sebagai ketua komunitas ini warisan dari Mertua,,,,humornya mungkin saya akan turunkan kepada Ellano sebagai penerus saya. Kemudian dalam menjalankannya ternyata banyak dukungan dan keterlibatan anggota dalam kegiatan-kegiatan demikian ungkap Edi.
Romo Sil mengakhiri Rekoleksinya dengan menyatakan semoga umat siap menghidupi Komunitasnya dengan perlindungan Santo Petrus dan Paulus, Berani membela Gereja dan Berani Mewartakan Kasih Yesus.
Perayaan Ekaristi sebagai ungkapan syukur dilaksanakan dengan khitmad dan lancar.
Setelah perayaan ekaristi dilanjutkan dengan perjamuan makan bersama dengan keterlibatan semua anggota komunitas dalam menyiapkan dalam penyajian dan waktu memasaknya. Masing-masing Ibu anggota komunitas diberikan tanggung jawab untuk menyiapkan dan memasak di rumahnya masing-masing dan dengan gembira memberikannya untuk dinikmati bersama.
Sebagai penutup, Ketua Komunitas menyatakan bahwa kita sudah ijin dengan pemilik villa ini untuk rekreasi menikmati indahnya alam Gunung dan juga diperbolehkan untuk melakukan Mancing Mania. Tersedia dikolam ini adalah ikan Nila, Patin dan Mas. Umat bisa memancingnya dan bila mendapatkannya bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh, namun yang masih kecil mohon untuk dikembalikan lagi.
Dari sekian banyak orang yang mencoba keberuntungannya yang bisa membawa ikan patin adalah Bpk. Richardo Barus, Bpk. Gregorius Agung Wardono, Bpk Edi Sulistiawan dan Penulis warta ini,,,he,,,he,,,,
Berkat Tuhan semoga melimpah bagi keluarga yang empunya Villa, dan anggota komunitas Petrus dan Paulus, Amin

MISA SYUKUR SINODE KEUSKUPAN BANJARMASIN 2013

Swiss-Belhotell Borneo, Banjarmasin, Jumat, 19 Juli 2013, Pukul 10.00 WITA. Rasa syukur umat Katolik Keuskupan Banjarmasin diungkapkan dalam misa syukur bersama Mgr. Petrus Boddeng Timang dengan seluruh Para Deken dan Pastor yang berkarya di Keuskupan Banjarmasin ditambah dengan Undangan khusus yaitu Para nara sumber dan lainnya.
Dalam prosesi penutupan Sidang Sinode, ada penyerahan bahan konsultasi oleh Vikjen kepada Uskup dan penyerahan Statuta Keuskupan oleh Sekjen Keuskupan serta buku pedoman pengelolaan Paroki.
Homili Uskup Banjarmasin “Yang Kukehendaki belas kasih dan bukan kurban persembahan”, Mengingatkan bahwa sinode adalah paguyuban orang beriman. Sekilas pandang mengingat Pra-sinode Komunitas, Paroki, Dekenat. Adanya tanda-tanda zaman, dan mengingat 3 Nara Sumber dalam proses sidang yaitu Gubernur Kalimantan Selatan, H. Rudy Arifin, Dr. Mujiburrahman, Pendeta Keloso.
Sementara itu kita maju terus, melihat situasi internal Gereja, awalnya banyak kurangnya tapi setelah itu saat akhir banyak plusnya. Banyak tantang pastoral yang kita hadapi.
Proses 4 hari ini, ada pengalaman kristalisasi melihat 75 th Keuskupan Banjarmasin oleh SC dan OC, Rm, BS. Mardi, adalah modal utama menghadapi tantangan masa depan.
Kita semua punya sejarah yang mengikat hidup kita. Dalam Injil dalam Bait Allah ada 10 Perintah Allah, itu merupakan bahan sumber kekuatan hidup kita,
Sejarah Keuskupan kita yang panjang, sampai terbentuk Keuskupan Banjarmasin. Perjalanan kita jauh ke belakang, para Missionaris, datang kesini mengawali misinya. Tenaga awam menjadi penting dalam membangun Kerajaan Allah. Seperti di negara-negara lain yang notabene awam berkarya. Pengalaman dalam hidup umat itulah yang paling kuat dan diandalkan untuk menatap masa depan.
Organisasi Gereja Katolik mengadopsi tentara Romawi dan di tiru oleh organisasi lainnya. Ada kuria Keuskupan, Komisi-komisi, dll. Modal kita yang kuat adalah iman umat yang terus menerus diperbaharui.
Yesus tidak mengatakan lembaga tidak perlu tapi yang paling penting belas kasih. Penyembahan sejati ada dalam roh dan itu ada dalam kelompok orang beriman dan keluarga.
Bukan jasa kita yang penting tapi rohNya. Roh Kudus yang memimpin dan memutuskan hasil rumusan kita. Allah mau supaya kasih dan belas kasih nyata dalam gereja, Allah mau supaya kita jadi saksi kasih Allah. Kesadaran akan kasih Allah untuk semua orang jadi tidak ada lagi penghakiman dan sanksi.
Saya sadar, betapa susahnya jadi notulis, SC, OC, yang bekerja keras untuk hal ini. Banyak dikorbankan, keluarga, waktu dst. Ini adalah karya Roh. Kita diperkaya oleh Roh, Tuhan Maha Adil, Allah sangat peduli dan tak ingin dombaNYa hilang.
Kita memandang tanda-tanda zaman, tren yang kita hadapi dan merefleksi iman. Dengan kekuatan Roh yang sama memandang ke depan untuk kita menyumbangkan pada gereja Keuskupan Banjarmasin.

PERMENUNGAN TUGAS UTAMA GURU AGAMA KATOLIK

Hotel Kapuas Darma, 25 Juli 2013. Mengawali hari baru, dan tugas baru peserta Pembinaan Penelitian Tindakan Kelas Guru Agama Katolik Tingkat Menengah Regio Kalimantan, dengan tema Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Katolik dengan melaksanakan Ibadat sabda yang dipimpin oleh salah seorang peserta pembinaan.

Kegiatan ibadat sabda untuk Guru agama Katolik merupakan hal penting, karena para guru agama adalah tenaga teknis yang selalu berhubungan dengan kegiatan pastoral gereja. Mereka dituntut dalam seluruh nafas tugas pelayanannya selalu dihidupi, diinspirasi dari sang Sabda. Figur yang menjadi teladan dalam hidup dan tugasnya adalah Yesus, dan pribadi Yesuslah yang di ajarkan kepada anak didik dan juga pewartaannya kepada umat.

Walau masih pagi, dan gelap tetap semangat untuk merenung dan berdoa serta mendalami sabda Tuhan. Peserta yang hadir dalam ibadat sabda prosentasenya cukup kecil, hal ini disebabkan banyaknya peserta yang menginap dirumah dan kegiatan itu berlangsung waktu yang masih pagi.

 

 

SAM_3844

PEMBINAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

SAM_3726
Hotel Kapuas Darma, 22-26 Juli 2013, Kementerian Agama dalam hal ini Direktorat Jenderal Bimas Katolik sebagai pencetus dan Panitia kegiatan ini mengundang Para Guru Agama Katolik tingkat menengah di Regio Kalimantan (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan juga Kalimantan Selatan).
Dalam pembinaan ini memberikan materi terkait dengan Kebijakan Pemerintah (khususnya Dirjen Pendidikan Agama dan Keagamaan Katolik), Penelitian Tindakan Kelas, Spiritualitas Guru Agama Katolik, Kurikulum 2013, Penyusunan dan Praktek Lembar Kerja Guru.
Materi-materi yang disampaikan ini dengan Nara Sumber : Direktur Pendidikan Agama dan Keagamaan Katolik (Sihar Simbolon, S.Th. MM), Lukas Ahen, S.Ag, M.M.Pd, Yohanes Baptista, M.Pd, Yohanes Peten Lewo, M.Pd, Dr. florentius Sutami. Peserta pembinaan sangat antusias mengikuti kegiatan ini, terlihat banyaknya interaksi terhadap materi yang disampaikan Nara Sumber setelah diberikan waktu bertanya. Guru Agama Katolik dari berbagai daerah di 4 (empat) Provinsi dan berbagai tempat tugas.Kegiatan bertujuan agar para Guru agama Katolik siap dengan Tulisan Ilmiah, mengkritisi Kurikulum 2013 dan seterusnya.

MARAH BOLEH, NAMUN BAIK KALAU TIDAK MARAH-MARAH KARENA BERBAHAYA

Kalau sering marah-marah, maka otak akan mengirimkan perintah agar hormon adrenalin dari kelenjar adrenal (dekat ginjal) atau yang sejenis dicurahkan ke dalam aliran darah. Akibatnya adalah penyempitan pembuluh darah di seluruh tubuh sehingga tekanan darah menjadi lebih tinggi, dan jantung memompa lebih kuat, lebih sering dan lebih banyak mengalirkan darah. Di samping itu masih ada yang lainnya, seperti peninggian kadar gula darah (ujungnya jadi diabetes), kenaikan kadar kolesterol (ujungnya atherosklerosis), keluar keringat banyak, pupil mata melebar, dan seterusnya.

Karena sering menerima tekanan yang kuat dan karena takut jebol, maka dinding pembuluh darah bisa menebal supaya lebih tahan, bisa ada pengapuran disana, juga jadi semakin kaku, lama kelamaan bisa pecah alias bocor. Yang sering terlihat adalah pengapuran pada aorta (kalsium) selepas dari jantung, lekukannya juga bisa memanjang (elongatio).

Ingat bahwa obat-obatan tidak bisa menyembuhkan sama sekali, hanya mengurangi gejala saja.

Yang terpenting adalah berhenti marah-marah, berhenti merasa cemas, berhenti merasa gelisah, berhenti merasa tegang, supaya otak berhenti memerintahkan produksi adrenalin secara berlebihan dari kelenjar adrenal, sehingga tidak perlu ada hipertensi.

Harus mengubah paradigma, mengubah pandangan hidup yang salah menjadi benar, belajar lebih sabar. Yang susah kesabaran tidak ada yang menjual, harus di latih sendiri.

Berdoa, Meditasi, Kontemplasi mungkin bisa menolong. Juga yg terpenting : MENDEKATKAN DIRI kita kpd TUHAN & BIJAK DLM POLA MAKAN.. konsumsi makanan bernutrisi trbaik.. Maka Hidup akan lebih tenang dan bahagia tanpa hipertensi.
Percayalah..

Semoga bermanfaat!

Mawas Diri

Mazmur 106:1 Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
106:2 Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan TUHAN, memperdengarkan segala pujian kepada-Nya?
106:3 Berbahagialah orang-orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di segala waktu!
106:4 Ingatlah aku, ya TUHAN, demi kemurahan terhadap umat-Mu, perhatikanlah aku, demi keselamatan dari pada-Mu,
106:5 supaya aku melihat kebaikan pada orang-orang pilihan-Mu, supaya aku bersukacita dalam sukacita umat-Mu, dan supaya aku bermegah bersama-sama milik-Mu sendiri.

 

Matius 9:9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.
9:10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.
9:11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
9:12 Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.
9:13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Renungan Singkat :

Dalam hidup manusia, kecenderungan ini selalu muncul yaitu merasa tidak bersalah atau merasa yang benar bahkan yang paling benar. Kenyataannya bahwa semua orang di dunia tanpa kecuali sudah pasti ada kesalahan. Kesadaran akan kesalahan semestinya selalu muncul, kalau ingat bahwa dirinya masih manusia bukan malaikat.

Penilaian akan hidup sendiri (mawas diri) merupakan hal yang amat sulit. Manusia diberikan anugerah akal budi untuk berfikir menjadi cerdas dan jangan lupa juga menggunakan hati untuk merasakan bukan hanya merasa. Karena akal budi itulah manusia diberikan derajat lebih untuk mengelola kehidupan dan bukan untuk merusaknya. Namun manusia banyak menggunakan akalnya dan mengabaikan hati nuraninya, akibatnya menjadi individu yang egois, sombong, dan tidak mampu merasakan apa yang dirasakan oleh sesamanya.

Dalam banyak peristiwa hidup ini, manusia yang menjadi aktor utama dalam hal kerusakan alam dan pemusnahan beberapa unsur kehidupan ciptaan. Manusia menjadi serakah dan tidak mampu menahan keinginannya untuk memiliki, menguasai, dan menindas.

Harapannya kedepan kedua unsur anugerah terhebat yang diberikan Tuhan kepada manusia akal dan budi ada keseimbangan dalam mengatualisasikannya.

Lectionarium dan Tahun Liturgi Bagaimana Katolik Membaca Kitab Suci oleh: P. Thomas Richstatter, O.F.M., S.T.D.

Mengapakah seorang Katolik yang ingin memperdalam pemahamannya akan Kitab Suci mengambil bahan bacaan dari tahun liturgi? Jawabnya sederhana: tahun liturgi tidak hanya semata-mata mengenai warna busana liturgi, abu dan palma, poinsettia Natal dan lili Paskah. Tahun liturgi adalah “konteks resmi” di mana umat Katolik mendengarkan Kitab Suci yang diwartakan, dan kontkes ini penting bagi pemahaman kita akan Kitab Suci. Sebagian besar benua mengalami empat macam musim: musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Saya menyukai variasi musim-musim itu. Kelimpahan dan keanekaragaman alam yang mengagumkan memenuhi saya dengan ketakjuban akan keindahan dan keelokan alam sang Pencipta.
Tahun liturgi juga mempunyai masa-masanya: Masa Adven / Natal (termasuk Adven, Hari Raya Natal dan pesta-pesta sepanjang Masa Natal hingga Pesta Pembaptisan Tuhan) dan Masa Prapaskah / Paskah (Masa Prapaskah, Hari Raya Paskah dan kelimapuluh hari hingga Hari Raya Pentakosta). Sepanjang masa-masa ini, kita membaca bacaan-bacaan yang dipilih dari Kitab Suci sehubungan dengan misteri-misteri agung iman kita.
Misteri Kristus begitu kaya dan beragam hingga satu gambaran atau satu pandangan saja tidak akan cukup. Sewaktu saya belajar liturgi di Perancis sepanjang tahun-tahun sesudah Konsili Vatican Kedua, saya mendapati banyak arca yang begitu indah. Saya terkenang akan bagaimana saya frustrasi dalam usaha menyampaikan keindahan karya seni tersebut kepada ibu saya di Kansas hanya dengan mengiriminya selembar kartu pos atau selembar foto. Tidaklah mungkin sebuah gambar datar dapat menangkap keindahan dari karya seni tiga dimensi. Seringkali hal terbaik yang dapat saya lakukan adalah mengitari patung dan mengambil gambarnya dari berbagai sudut pandang dan perspektif dan dengan cara demikian berusaha menangkap setidak-tidaknya sesuatu dari kekayaan pengalaman tersebut.
Masa-masa liturgi mempunyai tujuan yang sama dalam memperlihatkan kepenuhan misteri Kristus. Sepanjang rangkaian masa satu tahun, kita mengalami misteri ini dari berbagai sudut pandang dan dalam situasi-situasi yang berbeda. Dalam kata-kata Konsili Vatican Kedua: “Selama kurun waktu setahun, Gereja memaparkan seluruh misteri Kristus, dari Penjelmaan serta Kelahiran-Nya hingga Kenaikan-Nya, sampai hari Pentakosta dan sampai penantian kedatangan Tuhan yang bahagia dan penuh harapan” (Konstitusi tentang Liturgi Suci, #102).

 

Bacaan dari ….
Mendengarkan Kitab Suci pada waktu Misa merupakan suatu bentuk pengalaman yang lain dari mendalami Kitab Suci secara pribadi di rumah atau bersama kelompok. Ketika Kitab Suci diwartakan dalam liturgi, Kristus Sendiri hadir dengan suatu cara yang istimewa. Konstitusi tentang Liturgi Suci dari Konsili Vatican Kedua memaklumkan: “Ia hadir dalam Sabda-Nya, sebab Ia Sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja” (#7).
Para uskup Konsili Vatican Kedua tahu bahwa apabila mereka bermaksud memenuhi kerinduan mereka untuk “makin meningkatkan kehidupan Kristiani di antara umat beriman” (Konstitusi tentang Liturgi Suci, #1), mereka harus mengembalikan Kitab Suci ke tempat pusatnya dalam liturgi dan dalam kehidupan umat Katolik. Apabila kita hendak mengikuti Kristus, kita harus mengenal Kristus; agar mengenal Kristus, kita wajib mengenal Kitab Suci. Sepeti yang pernah dikatakan St Hieronimus, “Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.”
Konsili mendekritkan: “Agar santapan Sabda Allah dihidangkan secara lebih melimpah kepada umat beriman, hendaklah khazanah harta Kitab Suci dibuka lebih lebar [dalam Ekaristi]” (Konstitusi tentang Liturgi Suci, #51). “Rancangan” untuk mencapai maksud ini tercantum dalam sebuah buku yang disebut lectionarium. Karena hari Minggu adalah “pangkal segala hari pesta” serta “dasar dan inti segenap tahun liturgi”(Konstitusi tentang Liturgi Suci, #106), maka ayat-ayat paling penting dari Kitab Suci disajikan dalam lectionarium hari Minggu. Lectionarium pada hari-hari lainnya melengkapi lectionarium hari Minggu.
Dalam kurun waktu satu tahun, bacaan-bacaan Kitab Suci untuk Misa dipilih dengan satu dari dua macam cara. Sepanjang masa-masa utama tahun liturgi (Masa Prapaskah / Masa Paskah dan Masa Adven / Masa Natal), ayat-ayat dipilih berdasarkan “tema”, yakni, hubungannya dengan suatu misteri tertentu iman kita. Pada hari-hari Minggu sisanya sepanjang tahun, yang disebut sebagai “Masa Biasa”, berbagai kitab-kitab dari Kitab Suci dibacakan kurang lebih dari awal hingga akhir selama beberapa minggu.
Konsili Vatican Kedua menetapkan bahwa lectionarium hendaknya disusun begitu rupa “sehingga dalam kurun waktu beberapa tahun bagian-bagian penting Kitab Suci dibacakan kepada umat.” Lectionarium hari Minggu mempergunakan lingkaran tiga tahun berdasarkan tiga Injil sinoptik (Matius, Markus dan Lukas menyajikan suatu “pandangan serupa”, syn-opsis dalam bahasa Yunani). Setiap tahun kita memfokuskan diri pada salah satu dari ketiga Injil ini: Matius dalam Tahun A, Markus dalam Tahun B, Lukas dalam Tahun C. Injil Yohanes dihadirkan teristimewa sepanjang masa-masa utama atau untuk menggarisbawahi doktrin-doktrin utama seperti Ekaristi.
Selain bacaan Injil, dalam setiap perayaan Ekaristi hari Minggu dibacakan dua bacaan lain. Bacaan pertama biasanya diambil dari Perjanjian Lama dan dipilih dalam terang tema Injil yang dibacakan pada hari Minggu itu. Bacaan Kedua diambil dari surat-surat Paulus atau salah satu dari tulisan-tulisan lain Perjanjian Baru. Seperti Injil, kitab-kitab ini dibacakan semi-berkesinambungan dan dipilih agar dalam kurun waktu satu lingkaran tiga tahun kita telah menikmati masing-masing dari kitab-kitab Perjanjian Baru. Sebagai misal, sepanjang hari-hari Minggu pada Masa Biasa dalam Tahun A kita membaca dari Korintus I (selama 7 hari Minggu berturut-turut), Roma (16 hari Minggu berikutnya), Filipi (4 hari Minggu) dan Tesalonika I (5 hari Minggu).
Merayakan Kristus di Tengah Kita
Natal adalah sekaligus awal dan akhir tahun Gereja. Pada Masa Natal kita merayakan Kristus yang datang di tengah-tengah kita dalam rupa manusia di Betlehem dan kita mengarahkan perhatian kita pada kedatangan Kristus dalam kemuliaan pada akhir zaman. Pada Masa Adven, empat minggu masa sukacita dan pengharapan rohani yang mendahului Natal, bacaan-bacaan dari Kitab Suci dipilih dalam terang tema ganda ini. Bacaan-bacaan Minggu Adven I mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya pada akhir zaman. Pada Hari Minggu Adven II dan III, kita membaca kisah Yohanes Pembaptis. Pada hari-hari akhir Adven kita membaca mengenai peristiwa-peristiwa yang secara langsung berhubungan dengan persiapan kelahiran Tuhan (bab-bab pertama dari Injil Matius dan Injil Lukas).
Pada masa ini, bacaan-bacaan Perjanjian Lama adalah nubuat mengenai Mesias dan jaman mesianik, teristimewa ayat-ayat yang mengagumkan dan penuh pengharapan dari Kitab Yesaya: “bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang…” (2:4b); “Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya…” (11:6b).
Hari Minggu adalah perayaan Kristiani paling awal dan paling tua. Komunitas-komunitas Kristiani perdana mulai merayakan hari Minggu yang paling berdekatan dengan Paskah Yahudi dengan kekhidmadan yang khusuk. “Paskah Kristiani” ini menjadi apa yang sekarang kita sebut Paskah. Seperti Paskah merayakan perjalanan Kristus dari mati kepada hidup, perayaan ini segera saja menjadi masa istimewa bagi komunitas untuk merayakan Sakramen Baptis, yakni perjalanan umat Kristiani dari mati kepada hidup dalam Kristus.
Dalam abad keempat dan kelima, Gereja mengembangkan suatu sistem ritus guna menemani perjalanan iman mereka yang rindu untuk menjadi umat Kristiani. Sekarang, ritus ini telah dihidupkan kembali sebagai Ritus Inisiasi Kristiani untuk Orang Dewasa. Empatpuluh hari terakhir dari perjalanan ini menjadi apa yang sekarang kita sebut sebagai Masa Prapaskah.
Pembaptisan adalah kunci untuk memahami pemilihan ayat-ayat Kitab Suci yang dibacakan sepanjang Masa Prapaskah. Sebagai misal, Injil untuk Hari Minggu Prapaskah I adalah kisah pencobaan Yesus di padang gurun. Masa Prapaskah adalah masa retret sebelum pembaptisan. Dalam Injil, Yesus undur diri ke padang gurun untuk berdoa. Simbol utama Pembaptisan adalah air; padang gurun menyebabkan kita dahaga akan air. Dalam keempat Injil, kisah pembaptisan Yesus segera diikuti dengan kisah pencobaan di padang gurun.
Pada Hari Minggu Prapaskah II kita mendengar kisah transfigurasi dan kita melihat Yesus dalam pakaian Paskah-Nya. Kita dapat membayangkan mereka yang dipilih untuk pembaptisan menerima pakaian putih mereka seolah mereka keluar dari kolam pembaptisan pada hari Paskah.
Bacaan-bacaan Tahun A mengungkapkan tema pembaptisan teristimewa dengan amat baik dan dapat dipergunakan setiap tahun pada Hari Minggu Prapaskah III, IV dan V. Pada Hari Minggu Prapaslah III dalam Tahun A, misalnya, kita mendapati Yesus di tepi sebuah sumur di Samaria di mana seorang perempuan meminta air hidup. Tidak dapat tidak kita berpikir tentang air hidup pembaptisan kita.
Pada Hari Minggu Prapaskah IV kita membaca kisah seorang laki-laki yang terlahir buta. Sementara Yesus menyuruhnya, “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam (Siloam artinya: “Yang diutus”)” (Yohanes 9:7) kita mengenangkan bagaimana kita pergi dan membasuh diri dalam Kristus, “Dia yang diutus ke dalam dunia” demi keselamatan kita. Kita keluar dari kolam dengan terang dan dapat melihat dengan cara pandang yang baru.
Pada Hari Minggu Prapaskah V, ketika kita mendengarkan kisah Lazarus yang keluar dari makam, pikiran kita tertuju kepada mereka yang baru dibaptis keluar dari makam pembaptisan dan dibebaskan dari belenggu dosa.
Perubahan radikal kita dengan dibaptis ke dalam wafat dan kebangkitan Kristus adalah fokus dari perayaan Paskah. Kebangkitan adalah misteri inti iman kita. Paskah begitu penting hingga kita bahkan tak dapat merayakannya secara cukup dalam satu hari saja – melainkan selama satu minggu, Oktaf Paskah. Dan terlebih lagi, membutuhkan satu minggu hari minggu (7 x 7) – 50 hari, Pentakosta (pent ekonta, bahasa Yunani artinya 50). Setiap hari dari kelimapuluh hari ini adalah Paskah. Perhatikan bahwa kita berbicara mengenai hari-hari Minggu Paskah, bukan hari-hari Minggu sesudah Paskah. Pentakosta adalah hari terakhir perayaan Paskah kita.
Selama Limapuluh hari ini, kita melihat kepada akar Kristiani kita. Setiap hari dalam Misa, baik hari-hari Minggu maupun hari-hari biasa, kita membaca dari Kisah Para Rasul. Mereka yang baru saja dibaptis tidak hanya “mengenakan Kristus”, mereka mengenakan Tubuh-Nya, Gereja, dan mereka (bersama kita) mengambil waktu sepanjang limapuluh hari ini untuk merenungkan siapa keluarga itu, “Gereja” itu. Kita melihat gambaran akan kelahiran dan perkembangan awal Gereja kita dalam Kisah Para Rasul.
“Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!”
Pada hari Pentakosta kita mendengarkan sekaligus catatan Lukas dan Yohanes mengenai turunnya Roh Kudus atas para rasul. Dalam bacaan pertama kita mendengarkan kisah Lukas mengenai turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:1-11). Bacaan Injil menyajikan kisah Yohanes mengenai anugerah Roh Kudus pada hari Minggu Paskah (Yohanes 20:19-23). Kita tidak perlu mempertanyakan apakah Roh Kudus dianugerahkan pada hari Pentakosta (seperti dicatat Lukas) atau pada hari Minggu Paskah (seperti dicatat Yohanes); liturgi tidak mengenai sekedar pembacaan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, pun Kitab Suci tidak berusaha menyajikan catatan historis mengenai peristiwa-peristiwa ini. Melainkan, “melalui liturgi dalam Kurban Ilahi Ekaristi, `terlaksanalah karya penebusan kita’” (Konstitusi tentang Liturgi Suci, #2). Roh Kudus dianugerahkan pada hari ini, pada Pentakosta ini. Ketika kita mendengarkan Passio Kristus dimaklumkan pada hari Jumat Agung dan kita memadahkan “Adakah Engkau di Sana Ketika Mereka Menyalibkan Tuhan-ku?”, jawabnya adalah, tentu saja, “Ya! Aku ada di sana! Aku ada di sana sekarang ini!” Paskah tidak hanya sekedar mengenangkan suatu peristiwa yang terjadi dua ribu tahun yang lampau. Kristus bangkit dalam diri kita sekarang ini.
Konsili Vatican Kedua mengajarkan bahwa, “Dengan mengenangkan misteri-misteri Penebusan itu Gereja membuka bagi kaum beriman kekayaan keutamaan serta pahala Tuhan-nya sedemikian rupa, sehingga rahasia-rahasia itu senantiasa hadir dengan cara tertentu. Umat mencapai misteri-misteri itu dan dipenuhi dengan rahmat keselamatan” (Konstitusi tentang Liturgi Suci, #102). Liturgi memungkinkan kita untuk melampaui waktu “dahulu-sekarang-yang akan datang” dan masuk ke dalam “waktu keselamatan” Tuhan agar rahmat dan misteri dari peristiwa yang kita kenangkan itu dihadirkan kembali.
Saya tidak perlu merasa kecewa bahwa saya “dilahirkan terlambat” dan segala peristiwa Kristiani yang mengagumkan telah terjadi jauh di masa silam sebelum jaman saya. Peritiwa-peristiwa Kristiani yang mengagumkan terjadi sekarang ini. Bacaan Kitab Suci dalam konteks tahun liturgi memaklumkan kebenaran yang mengagumkan ini lagi dan lagi.
FThomas Richstatter, O.F.M., S.T.D., has a doctorate in liturgy and sacramental theology from the Institut Catholique of Paris. A popular writer and lecturer, Father Richstatter teaches at St. Meinrad (Indiana) School of Theology.

sumber : The Lectionary and the Liturgical Year: How Catholics Read Scripture by Thomas Richstatter, O.F.M., S.T.D.”; Copyright St. Anthony Messenger Press; http://www.americancatholic.org

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan“diterjemahkan oleh YESAYA: http://www.indocell.net/yesaya”