PERTEMUAN ADVEN II

Selama masa adven, umat Katolik mengadakan kegiatan pendalaman iman. Kegiatan ini merupakan agenda yang tak pernah ditinggalkan oleh Gereja. Oleh sebab itu menjadi salah satu alasan penting bagi Gereja Katolik untuk tidak merayakan Kelahiran Yesus sebelum tanggal 25 Desember. Dalam pertemuan tahun 2012 ini Gereja Katolik Keuskupan Banjarmasin mengambil tema : Mendoakan dan Mendalami Pengakuan Iman.

Gambar

Kegiatan yang diselenggarakan di setiap komunitas dan Stasi di semua Paroki di Keuskupan Banjarmasin berlangsung 4 kali. Pertemuan 1 bertemakan : Aku Percaya akan Allah, Tritunggal Mahakudus. Pertemuan 2bertemakan : Aku percaya akan Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik.Pertemuan Adven 2 di Komunitas Basis Gereja St.Paulus Paroki St. Yusup Kotabaru, hari Rabu, 12-12-2012 dihadiri oleh Pastor Silvanus, CP. Pertemuan berlangsung dengan baik, dan lancar. Pastor Sil memberikan beberapa hal yang berkaitan dengan sifat-sifat Gereja Katolik. Diantara beberapa hal yang disampaikan itu adalah bahwa Gereja Katolik mempunyai sifat Apostolik yang artinya bahwa Gereja didirikan atas Para Rasul, karena Para Rasul dipilih dan diutus oleh Kristus sendiri, dengan bantuan Roh yang tinggal di dalamnya. ia menjaga ajaran, warisan iman, serta pedoman-pedoman sehat dan para rasul meneruskannya.

Gambar

Sharing umat banyak mencari tahu dengan banyak menanyakan beberapa hal yang menjadi kebingungan saat ini, seperti halnya bagaimana dengan Gereja yang bersifat satu padahal banyak gereja yang ada?

Dalam hal sifat satu dalam Gereja Katolik, Gereja satu menurut asalnya karena berasal dari Allah yang tunggal.

SIFAT-SIFAT GEREJA KATOLIK

Di dalam syahadat yang pendek dituliskan “Aku percaya akan Gereja Katolik yang kudus” dan di dalam syahadat panjang dituliskan “aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik.“Dalam artikel ini, kita akan melihat arti dari Gereja sebagai tanda kasih Tuhan, tujuan dan sarana keselamatan yang didirikan Tuhan untuk keselamatan umat manusia, serta empat tanda Gereja, yaitu satu, kudus, katolik dan apostolik. Dengan pembahasan ini, diharapkan kita akan dapat lebih mengerti hakekat Gereja yang sebenarnya, yang merupakan pemberian Tuhan dan bukan sesuatu yang dapat sembarangan didirikan oleh manusia. Kalau Gereja merupakan pemberian Tuhan, maka sudah seharusnya kita harus menerima pemberian Tuhan ini dengan rasa syukur dan tidak boleh membuat saingan. Dan Gereja yang didirikan oleh Kristus dan mempunyai empat tanda ini adalah Gereja Katolik.
Gereja Tanda Kasih Tuhan
Jika anda seorang perancang, entah itu arsitek, perancang busana, mesin, mobil ataupun program komputer, tentu pada saat anda merancang, anda sudah punya sebuah gambaran dalam pikiran anda tentang hasil akhir rancangan anda. Mungkin hal ini dapat membantu kita untuk memahami bagaimana Allah telah merencanakan tujuan akhir pada saat menciptakan dunia. Kita semua mengetahui bahwa manusia adalah mahluk terakhir yang diciptakan-Nya, yang menjadi paling sempurna dari antara mahluk hidup lainnya, yaitu tumbuhan dan hewan. Pada saat menciptakan manusia inilah, Allah telah merancang hasil akhir dari penciptaan tersebut, yaitu bahwa semua manusia akan dipersatukan dengan diri-Nya sendiri. Begitu dalamnya makna kasih Tuhan ini, hingga kita-pun sulit membayangkannya. Tetapi begitulah yang direncanakan Allah bagi kita, sehingga digenapi apa yang tertulis, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1Kor 2:9, Yes 64:4). Ya, Tuhan bermaksud menjadikan kita bagian yang tak terpisahkan daripada-Nya, bersatu denganNya di dalam hidup Ilahi dan menikmati kebahagiaan bersamaNya tanpa akhir.
Persatuan inilah yang menjadi hakekat Gereja, maka benarlah jika dikatakan bahwa “dunia diciptakan untuk Gereja dan Gereja adalah tujuan segala sesuatu“ (KGK 760) Untuk tujuan ini, Allah telah mengirimkan Yesus Kristus Putera-Nya yang mengorbankan DiriNya demi menghapus dosa manusia, agar manusia dapat dikumpulkan di dalam Dia dalam suatu sarana yang dinamakan “Gereja”. Dengan demikian, Gereja tidak saja menjadi tujuan akhir hidup manusia tetapi juga sarana untuk mencapai tujuan itu (KGK 778, 824). Sungguh tak terbataslah kasih Tuhan dan tak ternilailah ‘harga’ yang telah dibayarNya demi terbentuknya Gereja! Di saat kita sampai pada pengertian inilah, kita akan memiliki rasa syukur dan hormat yang mendalam kepada Tuhan dan kepada Gereja yang didirikanNya.
Seperti halnya bulan memantulkan cahaya matahari, Gereja yang adalah Tubuh Mistik Kristus memantulkan cahaya Kristus, Sang Terang dunia (Yoh 8:12, 9:5) kepada semua bangsa. Gereja di dalam Kristus adalah seperti sakramen yaitu tanda dan sarana persatuan yang tak terpisahkan dengan Allah dan kesatuan dengan seluruh umat manusia. (LG 1) Oleh karena itu, Gereja sebagai cerminan Kristus menjadi tanda Kasih Allah kepada manusia, yang mengarahkan manusia pada tujuan akhir hidupnya yaitu persatuan dengan Allah. Jadi, Gereja memiliki dua dimensi yang tak terpisahkan, yaitu: pertama, sebagai tujuan akhir, ia berdimensi Ilahi, dan kedua, sebagai sarana, ia berdimensi manusiawi. Perpaduan kedua hal ini merupakan suatu yang kompleks, yang membuat Gereja sebagai kelompok yang kelihatan secara lahiriah, namun bersifat rohaniah; kelompok yang dilengkapi struktur kepemimpinan, namun juga sebagai Tubuh Mistik Kristus; kelompok yang berada di dunia namun diperkaya oleh karunia-karunia surgawi. (KGK 771, LG 8)
Gereja sebagai tujuan akhir hidup manusia
(lih. Ef 1:9-10, Kol 1:15-20,26-27; 1Kor 2:7, Lumen Gentium 2, KGK 760-764)
Pada saat penciptaan dunia, Allah telah merencanakan untuk mengangkat manusia ke dalam kehidupan Ilahi. Namun rencana persatuan Ilahi ini terhalang oleh karena dosa Adam yang kemudian diturunkan kepada semua manusia. Karenanya Allah terus menerus mengutus para nabi untuk membawa manusia kembali kepada-Nya, hingga akhirnya Ia mengutus Putera-Nya sendiri yaitu Yesus Kristus menjadi tebusan atas dosa-dosa manusia, supaya tidak ada lagi penghalang antara manusia dengan Allah.
Di dalam diri Kristus, Allah yang tidak kelihatan menyatakan diriNya dan Kristus menjadi yang sulung dari segala ciptaan. Segala sesuatu diciptakan di dalam Kristus, Sang Firman, (Yoh 1:1), oleh Kristus, dan untuk Kristus. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat (lih. Kol 1:15-18, Ef 1:9-10). Karenanya, sudah sejak awal mula Allah telah merencanakan penggabungan jemaat dengan Kristus sebagai kepalayang kemudian dikenal sebagai ‘Gereja’. Rasul Paulus mengajarkan bahwa pada mulanya Allah menentukan orang-orang yang dipilihNya untuk menjadi serupa dengan Kristus Putera-Nya, supaya Kristus menjadi yang sulung dari banyak saudara (lih. Rom 8:29). Nah, kesatuan semua manusia dengan Yesus sebagai yang sulung inilah yang disebut Gereja.
Maka kalau ada orang bertanya pada kita sejak kapan Gereja direncanakan oleh Allah, kita dapat mengatakan bahwa Gereja sudah direncanakan sejak penciptaan dunia. Hanya saja pada waktu itu (di dalam Kitab Kejadian) belum secara eksplisit disebut sebagai ‘Gereja’. Persekutuan manusia dalam ‘wadah’ Gereja ini dipersiapkan oleh Allah melalui pembentukan bangsa Israel di masa Perjanjian Lama hingga tiba waktunya Kristus sendiri menyempurnakannya oleh kuasa Roh Kudus pada Perjanjian Baru, yang merupakan penggenapan Perjanjian Lama. Pada akhir zaman, Gereja akan mencapai kesempurnaannya, di mana semua orang benar sepanjang segala abad akan dipersatukan dengan Allah sendiri.
Nyatalah, sebagai tujuan akhir hidup manusia, Gereja bersifat Ilahi, sebab di dalamnya manusia dipersatukan dengan Allah. Persekutuan kudus dengan Allah ini membawa manusia pada persekutuan dengan para orang kudus sepanjang zaman, karena semua orang kudus tersebut bersekutu dengan Allah, dan juga, karena kematian tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (Rm 8:38). Persekutuan kudus ini pula yang menjelaskan, bahwa hanya ada satu Gereja, karena hanya ada satu Tubuh Mistik Kristus, yang terdiri dari kita yang masih berziarah di dunia ini, mereka yang sudah mulia di surga, dan mereka yang sebelum masuk ke surga masih dimurnikan di Api Penyucian. (KGK 962) Kedua dimensi persekutuan ini –yaitu persekutuan dengan Allah dan dengan para kudus-Nya- menunjukkan sifat ilahi dari Gereja, yang membedakannya dari organisasi apapun di dunia.
Gereja sebagai sarana untuk mencapai tujuan akhir hidup manusia
(lih. Ef 4:7,12-16, 1 Tim 3:15, LG 1, 4, KGK 765-768)
Sekarang, mari kita lihat peran Gereja sebagai sarana menuju tujuan akhir manusia. Kristus telah datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa kita, supaya kita beroleh keselamatan dan dapat dipersatukan dengan Allah. Untuk itu, Kristus mendirikan Gereja-Nya pada hari Pentakosta oleh kuasa Roh Kudus, supaya oleh Roh yang sama Ia senantiasa dapat menguduskan Gereja-Nya, untuk membawa umat manusia kepada keselamatan dalam persekutuan dengan Allah Bapa. Ini adalah suatu karunia rahmat, bukan usaha manusia sendiri. Karunia keselamatan ini diberikan melalui perantaraan Gereja, yang adalah Tubuh Kristus, sehingga Gereja juga disebut ‘sakramen keselamatan,’[1] yaitu tanda/ sarana untuk menyalurkan rahmat keselamatan dari Tuhan. Perlu kita ingat bahwa Kristus sendiri adalah Sakramen (Tanda) Kasih Allah, dan Gereja adalah sakramen Kristus. Dengan demikian, Gereja sebagai tanda Kasih Allah terjadi karena hubungan Gereja dengan Kristus.
Sebagai ‘sakramen’, Gereja terus-menerus menghadirkan secara nyata karya keselamatan Kristus oleh kuasa Roh Kudus. Kristus terus menerus hadir dan berperan aktif dengan cara yang kelihatan di dalam dan melalui Gereja-Nya yang dibimbing oleh Roh Kudus. Jadi di dalam Gereja-Nya, Kristus sendirilah yang mengajar, menguduskan, dan melayani Gereja melalui para uskup. Hal ini sesuai dengan janji-Nya kepada para rasul, “Engkau akan menerima kuasa Roh Kudus…. dan engkau akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem….” (Kis 1:8). Telah menjadi kehendak Yesus bahwa setelah kenaikan-Nya ke surga, Ia akan tetap berkarya di dalam Gereja, agar kita diberi kasih karunia untuk keperluan pembangunan Tubuh-Nya sampai kita bertumbuh sesuai dengan kepenuhan Kristus (lih. Ef 4:7,12-13). Yesus berkarya melalui perantaraan manusia yang dipilihNya, yaitu para rasul dan penerus mereka yaitu para uskup, yang secara turun temurun diurapi dengan kuasa Roh KudusNya sendiri.[2]
Jelaslah bahwa selain dijiwai oleh Tuhan Yesus, Gereja juga melibatkan peran serta manusia, misalnya, Gereja dipimpin oleh manusia (Paus dan para uskup, imam), beranggotakan kita manusia, yang kesemuanya tidak terlepas dari dosa. Karenanya, Tuhan menyediakan sarana pengudusan, di mana Ia sendiri yang bertindak menguduskan lewat perantaraan para imam-Nya melalui sakramen-sakramen. Melalui sakramen, rahmat Tuhan yang tidak kelihatan disalurkan melalui simbol-simbol yang kelihatan. Maka dalam dimensi manusiawi ini terdapat dua hal yang penting, yaitu hal kepemimpinan/ struktur Gereja dan hal sakramen sebagai saluran rahmat Tuhan yang melibatkan perantaraan manusia dan benda-benda lahiriah.
Kepemimpinan/ struktur Gereja
(KGK 880-883, LG 18-29)
Yesus mendirikan GerejaNya di atas Rasul Petrus (Kepha, Petros) -yang artinya batu karang- (Mat 16:18) dan memberikan kuasa yang khusus kepadanya di atas para rasul yang lain, untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh 21:5-7). Walaupun Kristus juga memberikan kuasa kepada rasul-rasul yang lain (Mat 18:18), hanya kepada Petruslah Ia memberikan kunci- kunci Kerajaan Surga (Mat 16:19) yang melambangkan kuasa untuk memimpin GerejaNya di dunia.
Yesus sang Gembala yang Baik mempercayakan domba-dombaNya kepada Petrus dan mempercayakan tugas untuk meneguhkan iman para rasul yang lain, agar iman Gereja jangan sampai sesat (Luk 22:3-32). Petruslah yang kemudian menjadi pemimpin para rasul setelah hari Pentakosta, mengabarkan Injil, membuat keputusan dan pengarahan (Kis 2:1-41, 15:7-12). Para penerus Rasul Petrus ini dikenal sebagai uskup Roma, yang dipanggil sebagai ‘Paus’ yang artinya Papa/ Bapa.
Jelaslah bahwa secara struktural, Paus (penerus Rasul Petrus) memegang kepemimpinan tertinggi, diikuti oleh para uskup (penerus para rasul lainnya) di dalam persekutuan dengan Paus. Para uskup ini dibantu oleh para imam dan diakon. Dalam hal ini, para Paus memegang kuasa Rasul Petrus, yang menerima perintah dari Yesus sendiri, dan karenanya tidak mungkin sesat. Perlu diketahui, bahwa kepemimpinan Paus -dan para uskup di dalam persekutuan dengannya- yang tidak mungkin sesat (‘infallible’) ini- hanya berlaku di dalam hal pengajaran iman dan moral.[3] Hal ini sungguh membuktikan kemurnian pengajaran Gereja, karena ajarannya bukan merupakan hasil demokrasi manusia, melainkan diturunkan dari Yesus sendiri, dan Paus tidak punya kuasa untuk mengubahnya.
Sakramen-sakramen Gereja
(KGK 1113-1532)
Ketujuh sakramen (Pembaptisan, Penguatan, Ekaristi, Pengakuan Dosa, Tahbisan, Perkawinan, dan Urapan orang sakit) merupakan tanda yang menyampaikan rahmat dan kasih Tuhan secara nyata. Hal ini merupakan pemenuhan janji Kristus yang tidak akan pernah meninggalkan kita sebagai yatim piatu (Yoh 14:18). Melalui sakramen tersebut, Allah mengirimkan Roh Kudus-Nya untuk menyembuhkan, memberi makan dan menguatkan kita.
Keberadaan sakramen sebenarnya telah diperkenalkan sejak zaman Perjanjian Lama, tetapi pada saat itu hanya merupakan simbol saja -seperti sunat dan perjamuan Paskah (pembebasan Israel dari Mesir)- dan bukan sebagai tanda yang menyampaikan rahmat Tuhan. Kemudian Kristus datang, bukan untuk menghapuskan Perjanjian Lama melainkan untuk menggenapinya. Maka Kristus tidak menghapuskan simbol-simbol itu tetapi menyempurnakannya, dengan menjadikan simbol sebagai tanda ilahi. Sunat disempurnakan menjadi Pembaptisan, dan perjamuan Paskah menjadi Ekaristi. Dengan demikian, sakramen bukan hanya sekedar simbol semata, tapi menjadi tanda yang sungguh menyampaikan rahmat Tuhan.
Di sini kita melihat bagaimana Allah tidak menganggap benda- benda lahiriah sebagai sesuatu yang buruk, sebab di akhir penciptaan Allah melihat semuanya itu baik (Kej 1:31). Bukti lain adalah Kristus sendiri mengambil rupa tubuh manusia (yang termasuk ‘benda’ hidup) sewaktu dilahirkan ke dunia (lih. Ibr 10:5) Kita dapat melihat pula bahwa di dalam hidupNya, Yesus menyembuhkan, memberi makan dan menguatkan orang-orang dengan menggunakan perantaraan benda-benda, seperti tanah sewaktu menyembuhkan orang buta (Yoh 9:1-7); air sewaktu mengubahnya menjadi anggur di Kana (Yoh 2:1-11), roti dan ikan dalam mukjizat pergandaan untuk memberi makan 5000 orang (Yoh 6:5-13), dan roti dan anggur yang diubah menjadi Tubuh dan DarahNya di dalam Ekaristi (Mat 26:26-28). Jika Yesus mau, tentu Ia dapat melakukan mujizat secara langsung, tetapi Ia memilih untuk menggunakan benda- benda tersebut sebagai perantara. Janganlah kita lupa bahwa Ia adalah Tuhan dari segala sesuatu, dan karenanya Ia bebas menentukan seturut kehendak dan kebijaksanaan-Nya untuk menyampaikan rahmatNya kepada kita.
Mungkin ada orang bertanya, mengapa ada tujuh sakramen? Alasannya adalah karena terdapat hubungan yang erat antara kehidupan rohani dan jasmani.[4] Secara jasmani ada tujuh tahap penting kehidupan: kita lahir, tumbuh menjadi dewasa karena makan. Jika sakit kita berobat, dan di dalam hidup kita dapat memilih untuk tidak menikah atau menikah. Lalu setelah selesai menjalani hidup, kita meninggal dunia. Nah, sekarang mari kita lihat bagaimana sakramen menguduskan tahap-tahap tersebut di dalam kerohanian kita.
Kelahiran kita secara rohani ditandai dengan sakramen Pembaptisan, di mana kita dilahirkan kembali di dalam air dan Roh (Yoh 3:5), yaitu di dalam Kristus sendiri. Kita diteguhkan oleh Roh Kudus dan menjadi dewasa dalam iman melalui sakramen Penguatan (Kis 1:5). Kita bertumbuh karena mengambil bagian dalam sakramen Ekaristi yang menjadi santapan rohani (Yoh 6: 51-56). Jika rohani kita sakit, atau kita berdosa, kita dapat disembuhkan melalui pengakuan dosa dalam sakramen Tobat/ Pengakuan dosa, di mana melalui perantaraan iman-Nya Tuhan Yesus mengampuni kita (Yoh 20: 22-23). Lalu jika kita terpanggil untuk hidup selibat untuk Kerajaan Allah, Allah memberikan kuasa untuk melakukan tugas-tugas suci melalui penerimaan sakramen Tahbisan Suci/ Imamat (Mat 19:12). Sedangkan jika kita terpanggil untuk hidup berkeluarga, kita menerima sakramen Perkawinan (Mat 19:5-6). Akhirnya, pada saat kita sakit jasmani ataupun saat menjelang ajal, kita dapat menerima sakramen Pengurapan orang sakit, yang dapat membawa rahmat kesembuhan ataupun persiapan bagi kita untuk kembali ke pangkuan Allah Pencipta (Yak 5:14).
Gereja yang berlangsung sepanjang sejarah
Gereja adalah terang dunia yang meneruskan Yesus Sang Terang kepada dunia. (lih. LG 1) Ini berdasarkan perkataan Yesus sendiri, “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas di atas gunung tidak mungkin tersembunyi “(Mat 5:14). Karena itu, Gereja yang didirikan oleh Yesus dimaksudkan untuk berdiri sebagai institusi yang kelihatan. Yesus sendiri berjanji, “…di atas batu karang ini (Petrus) Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18) Artinya, Gereja-Nya tidak akan pernah binasa, dan tidak akan pernah terlepas daripada-Nya. Gereja-Nya akan bertahan terus sampai kedatangan-Nya kembali di akhir zaman.
Gereja Katolik adalah Gereja satu-satunya yang bertahan sejak didirikan oleh Kristus (sekitar 30 AD). Dapat dikatakan bahwa gereja yang lain adalah kelompok yang memecahkan diri dari kesatuan Gereja Katolik. Gereja Timur Orthodox memisahkan diri dari pada tahun 1054, gereja Protestan tahun 1517, dan gereja-gereja Protestan yang lain adalah pemecahan dari gereja Protestan yang awal ini. Beberapa gereja Protestan dan pendirinya adalah sebagai berikut: Anglican, didirikan oleh Raja Henry VIII (abad ke-16) di Inggris, Lutheran dan Calvinis oleh Luther dan Calvin (abad ke 16), Methodis didirikan oleh John Wesley (1739) di Inggris, Kristen Baptis oleh Roger Williams (1639), Anabaptis oleh Nicolas Stork (1521), Persbyterian didirikan di Scotland (1560). Beberapa aliran lain misalnya Mormon didirikan oleh Joseph Smith 1830, Saksi Yehovah oleh Charles Taze Russell (1852-1916). Atau yang baru-baru ini Unification Church didirikan oleh Rev. Sun Myung Moon di Korea.
Hanya Gereja Katolik yang bertahan dari abad pertama yang dengan setia mengajarkan pengajaran yang diberikan oleh Kristus kepada para Rasul-Nya, tanpa mengurangi ataupun mengubah. Kesinambungan para Paus dapat ditelusuri asalnya sampai kepada Rasul Petrus. Hal ini tidak pernah terjadi di dalam organisasi apapun di dunia. Pemerintahan negara dunia yang tertua-pun tidak dapat menandingi lamanya keberadaan Gereja Katolik. Banyak gereja yang sekarang aktif menjalankan penginjilan didirikan hanya di abad- 19 atau ke- 20, atau baru-baru ini saja di abad ke-21. Tidak ada dari mereka yang dapat berkata mereka didirikan sendiri oleh Yesus.
Gereja Katolik telah berdiri selama kira-kira 2000 tahun, walaupun dalam sejarahnya sering menghadapi pertentangan dari dunia. Ini adalah kesaksian yang nyata bahwa Gereja berasal dari Tuhan, sebagai pemenuhan dari janji Kristus. Jadi, Gereja bukan semata-mata organisasi manusia, meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa ada masa-masa di mana dipimpin oleh mereka yang tidak bijaksana, yang mencoreng nama Gereja dengan perbuatan- perbuatan mereka. Namun, kenyataannya, mereka tidak sanggup menghancurkan Gereja. Gereja Katolik tetap berdiri sampai sekarang. Jika Gereja ini hanya organisasi manusia semata, tentulah ia sudah hancur sejak lama. Sekarang Gereja Katolik beranggotakan sekitar satu milyar anggota, sekitar seper-enam dari jumlah manusia di dunia, dan menjadi kelompok yang terbesar dibandingkan dengan gereja-gereja yang lain. Ini bukan hasil dari kepandaian para pemimpin Gereja, tetapi karena karya Roh Kudus.
Empat tanda Gereja sejati
Jika kita ingin tahu apa yang menjadi ciri-ciri Gereja yang didirikan oleh Kristus, kita akan mengetahui bahwa ada empat ciri; yaitu Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik (LG 8)

GEREJA YANG SATU
(Rom 12:5, 1Kor 10:17, 12:13, KGK 813-822, LG 4)
Yesus mendirikan hanya satu Gereja, bukan kesatuan dari beberapa gereja yang berbeda-beda. Kita mengetahuinya dari Yesus sendiri, yang mengatakan bahwa Ia akan mendirikan Gereja-Nya (bukan gereja-gereja) di atas Petrus (Mat 16:18). Pada saat Perjamuan Terakhir sebelum wafatNya Kristus berdoa untuk kesatuan GerejaNya: “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau…” (Yoh 17:21). Kitab suci mengatakan bahwa Gereja adalah ‘mempelai Kristus’ (Ef 5:23-32). Karenanya, tidak mungkin Ia mempunyai lebih dari satu mempelai. Mempelai-Nya yang satu adalah Gereja Katolik.
Kesatuan Gereja Katolik ini ditunjukkan dengan kesatuan dalam hal: (1) iman dan pengajaran, berdasarkan ajaran Kristus (2) liturgi dan sakramen dan (3) kepemimpinan, yang awalnya dipegang oleh para rasul di bawah kepemimpinan Rasul Petrus, yang kemudian diteruskan oleh para pengganti mereka. Kepada kesatuan inilah semua para pengikut Kristus dipanggil (Fil 1:27, 2:2), sebagai “sebuah bangsa yang dipersatukan dengan kesatuan Bapa, Putera dan Roh Kudus.” (LG 4)
Kesatuan Gereja Katolik dalam hal pengajaran mempunyai dua dimensi, yaitu berlaku di seluruh dunia dan berlaku sepanjang sejarah. Hal ini dimungkinkan karena dalam hal iman kepemimpinan Gereja dipegang oleh seorang kepala, yaitu seorang Paus yang bertindak sebagai wakil Kristus. Sepanjang sejarah, oleh bimbingan Roh Kudus, Gereja semakin memahami akan ajaran-ajaran Kristus (Yoh 16:12-13) dan menjabarkannya, namun tidak pernah menetapkan sesuatu yang bertentangan dari apa yang sudah ditetapkan sebelumnya.

GEREJA YANG KUDUS
(Ef 5:25-27, Why 19:7-8, KGK 823-829, LG 8, 39, 41,42)
Kekudusan Gereja disebabkan oleh kekudusan Kristus yang mendirikannya. Hal ini tidak berarti bahwa setiap anggota Gereja-Nya adalah kudus, sebab Yesus sendiri mengakui bahwa para anggotaNya terdiri dari yang baik dan yang jahat (lih. Yoh 6:70), dan karena itu tak semua dari anggotaNya masuk ke surga (Mat 7:21-23). Tetapi Gereja-Nya menjadi kudus karena ia adalah mempelai Kristus dan Tubuh-Nya sendiri, sehingga Gereja menjadi sumber kekudusan dan sebagai penjaga alat yang istimewa untuk menyampaikan rahmat Tuhan melalui sakramen- sakramen (lih. Ef 5:26).
Jadi kekudusan Gereja dapat dilihat dari para anggotanya yang hidup di dalam rahmat pengudusan, terutama mereka yang sungguh-sungguh menerapkan kekudusan itu di dalam kaul religius seperti para rohaniwan, rohaniwati dan terutama terlihat nyata pada para martir dan Orang Kudus (lih. LG 42). Kekudusan Gereja juga terlihat dari banyaknya mukjizat yang dilakukan oleh Para Kudus sepanjang sejarah. Dalam hal kekudusan inilah, maka Gereja menggarisbawahi pentingnya pertobatan (lih. LG 8), agar para anggotanya dibawa kepada rahmat pengudusan Allah.

GEREJA YANG KATOLIK
(Mat 28:19-20, Why 5:9-10, KGK 830-856, LG 1)
Istilah ‘katolik‘ merupakan istilah yang sudah ada sejak abad awal, yaitu sejak zaman Santo Polycarpus (murid Rasul Yohanes) untuk menggambarkan iman Kristiani,[5] bahkan pada jaman para rasul. Kis 9:31 menuliskan asal mula kata Gereja Katolik (katholikos) yang berasal dari kata “Ekklesia Katha Holos“. Ayatnya berbunyi, “Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.” (Kis 9:31). Di sini kata “Katha holos atau katholikos; dalam bahasa Indonesia adalah jemaat/ umat Seluruh/ Universal atau Gereja Katolik, sehingga kalau ingin diterjemahkan secara konsisten, maka Kis 9:31, bunyinya adalah, “Selama beberapa waktu Gereja Katolik di Yudea, Galilea, dan Samaria berada dalam keadaan damai. Gereja itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.”
Namun nama ‘Gereja Katolik‘ baru resmi digunakan pada awal abad ke-2 (tahun 107), ketika Santo Ignatius dari Antiokhia menjelaskan dalam suratnya kepada jemaat di Smyrna 8, untuk menyatakan bahwa Gereja Katolik adalah Gereja satu-satunya yang didirikan Yesus Kristus, untuk membedakannya dari para heretik pada saat itu -yang juga mengaku sebagai jemaat Kristen- yang menolak bahwa Yesus adalah Allah yang sungguh-sungguh menjelma menjadi manusia. Ajaran sesat itu adalah heresi/ bidaah Docetisme dan Gnosticisme. Dengan surat tersebut, St. Ignatius mengajarkan tentang hirarki Gereja, imam, dan Ekaristi yang bertujuan untuk menunjukkan kesatuan Gereja dan kesetiaan Gereja kepada ajaran yang diajarkan oleh Kristus. Demikian penggalan kalimatnya, “…Di mana uskup berada, maka di sana pula umat berada, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, maka di sana juga ada Gereja Katolik….”[6]. Sejak saat itu Gereja Katolik memiliki arti yang kurang lebih sama dengan yang kita ketahui sekarang, bahwa Gereja Katolik adalah Gereja universal di bawah pimpinan para uskup yang mengajarkan doktrin yang lengkap, sesuai dengan yang diajarkan Kristus.
Kata ‘Katolik’ sendiri berasal dari bahasa Yunani, katholikos, yang artinya “keseluruhan/ universal“; atau “lengkap“. Jadi dalam hal ini kata katolik mempunyai dua arti, yaitu bahwa: 1) Gereja yang didirikan Yesus ini bukan hanya milik suku tertentu atau kelompok eksklusif yang terbatas; melainkan mencakup ‘keseluruhan’keluarga Tuhan yang ada di ‘seluruh dunia’, yang merangkul semua, dari setiap suku, bangsa, kaum dan bahasa (Why 7:9). 2) Kata ‘katolik’ juga berarti bahwa Gereja tidak dapat memilih-milih doktrin yang tertentu asal cocok sesuai dengan selera/ pendapat pribadi, tetapi harus doktrin yang setia kepada ‘seluruh‘ kebenaran. Rasul Paulus mengatakan bahwa hakekatnya seorang rasul adalah untuk menjadi pengajar yang ‘katolik’ artinya yang “meneruskan firman-Nya (Allah) dengan sepenuhnya…. tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.” (Kol 1:25, 28)
Maka, Gereja Kristus disebut sebagai katolik (= universal) sebab ia dikurniakan kepada segala bangsa, oleh karena Allah Bapa adalah Pencipta segala bangsa. Sebelum naik ke surga, Yesus memberikan amanat agung agar para rasulNya pergi ke seluruh dunia untuk menjadikan semua bangsa murid-muridNya (Mat 28: 19-20). Sepanjang sejarah Gereja Katolik menjalankan misi tersebut, yaitu menyebarkan Kabar Gembira pada semua bangsa, sebab Kristus menginginkan semua orang menjadi anggota keluarga-Nya yang universal (Gal 3:28). Kini Gereja Katolik ditemukan di semua negara di dunia dan masih terus mengirimkan para missionaris untuk mengabarkan Injil. Gereja Katolik yang beranggotakan bermacam bangsa dari berbagai budaya menggambarkan keluarga Kerajaan Allah yang tidak terbatas hanya pada negara atau suku bangsa yang tertentu.
Namun demikian, nama “Gereja Katolik” tidak untuk dipertentangkan dengan istilah “Kristen” yang juga sudah dikenal sejak zaman para rasul (lih. Kis 11:26). Sebab ‘Kristen’ artinya adalah pengikut/murid Kristus, maka istilah ‘Kristen’ mau menunjukkan bahwa umat yang menamakan diri Kristen menjadi murid Tuhan bukan karena sebab manusiawi belaka, tetapi karena mengikuti Kristus yang adalah Sang Mesias, Putera Allah yang hidup. Umat Katolik juga adalah umat Kristen, yang justru menghidupi makna ‘Kristen’ itu dengan sepenuhnya, sebab Gereja Katolik menerima dan meneruskan seluruh ajaran Kristus, sebagaimana yang diajarkan oleh Kristus dan para rasul, yang dilestarikan oleh para penerus mereka).

GEREJA YANG APOSTOLIK
(Ef 2:19-20, KGK 857-865, LG 22)
Gereja disebut apostolik karena Yesus telah memilih para rasul-Nya untuk menjadi pemimpin- pemimpin pertama Gereja-Nya, di bawah pimpinan Rasul Petrus (Mat 16:18, Yoh 21:15-18). Oleh karena Yesus sendiri menjanjikan Gereja-Nya tidak akan binasa (Mat 16:18), maka kepemimpinan Gereja tidak berhenti dengan kepemimpinan para rasul tetapi diteruskan oleh para penerus mereka. Dengan demikian janji penyertaan Yesus terus berlangsung sampai pada saat ini, di mana Ia mengatakan, “Aku akan menyertai engkau senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28:20).
Para rasul adalah para uskup yang pertama, dan sejak abad pertama, pengajaran para rasul di dalam Kitab suci dan Tradisi kudus diturunkan dari mulut ke mulut kepada para penerus mereka (lih. 2 Tes 2:15), misalnya tentang kehadiran Kristus yang nyata di dalam Ekaristi, kurban Misa, pengampunan dosa melalui perantaraan imam, kelahiran baru dalam pembaptisan, keberadaan Api penyucian, peran khusus Maria dalam karya Keselamatan, hal kepemimpinan Paus, dan lain-lain.
Surat pertama dari Santo Klemens (penerus ketiga setelah Rasul Petrus, tahun 96) kepada jemaat di Korintus yang menyelesaikan konflik di antara mereka membuktikan kepemimpinan Gereja di bawah penerus Rasul Petrus sebagai uskup di Roma.[7] Kepemimpinan di bawah Paus di Roma ini diakui oleh Gereja Katolik sampai saat ini (LG 22). Singkatnya, jika kita kembali ke abad pertama, kita akan menemukan Gereja yang memiliki banyak kemiripan dengan Gereja Katolik yang sekarang, karena memang itu adalah satu dan sama.
Mendengarkan Gereja adalah mendengarkan Kristus
Semakin kita mengerti bahwa Gereja merupakan tujuan – yaitu persatuan dengan Allah – dan juga sekaligus menjadi sarana keselamatan bagi seluruh umat manusia, maka semakin kita menerima, menghargai, dan mensyukuri pemberian Tuhan ini. Gereja yang otentik adalah Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik; dan ini terdapat di Gereja Katolik (LG 8). Dari Kitab Suci, Tradisi dan tulisan para Bapa Gereja dapat diketahui bahwa Gereja mengajar dengan kuasa Yesus. Di tengah-tengah banyaknya pendapat dan ajaran dari agama-agama yang berbeda-beda, Gereja Katolik selalu menyuarakan ajaran yang sama sepanjang segala abad, sebab ia adalah “tiang penopang dan dasar kebenaran” (1 Tim 3:15).
Karena Yesus sendiri mengatakan kepada para rasul, “Barangsiapa yang mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku dan Dia yang mengutus Aku” (Luk 10:16), maka kita percaya bahwa Yesus mempercayakan kepemimpinan Gereja kepada para rasul dan penerus mereka. Karena Yesus sendiri berjanji akan membimbing Gereja-Nya sampai kepada seluruh kebenaran oleh kuasa Roh KudusNya (Yoh 16:12-13), maka kita dapat mengimani bahwa Gereja-Nya ini, Gereja Katolik, mengajarkan kebenaran Kristus. Jadi, kalau kita ingin benar-benar mendengarkan Kristus, kita harus mendengarkan Gereja; dan kalau kita ingin mengasihi Kristus secara
________________________________________
CATATAN KAKI:
1. ‘Sakramen’ di sini bukan berarti tambahan dari ke tujuh sakramen yang sudah ada dalam Gereja Katolik. Sakramen di sini berhubungan dengan pengertian dasar dari kata ‘sakramen’, yang berarti tanda dari sesuatu yang kudus dan tersembunyi (dalam bahasa Yunani “mysterion”, misteri). [↩]
2. lih. LG 21: “Untuk menunaikan tugas-tugas yang semulia itu para rasul diperkaya dengan pencurahan istimewa Roh Kudus, yang turun dari Kristus atas diri mereka (lih. Kis 1:8; 2:4; Yoh 20:22-23). Dengan penumpangan tangan mereka sendiri meneruskan kurnia rohani itu kepada para pembantu mereka (lih. 1Tim 4:14; 2Tim 1:6-7). Kurnia itu sampai sekarang disampaikan melalui tahbisan Uskup.” [↩]
3. Lihat Lumen Gentium 25, “Adapun ciri tidak dapat sesat itu, yang atas kehendak Penebus ilahi dimiliki Gereja-Nya dalam menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan, meliputi seluruh perbendaharaan Wahyu ilahi, yang harus dijagai dengan cermat dan diuraikan dengan setia. Ciri tidak dapat sesat itu ada pada Imam Agung di Roma, Kepala Dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan guru tertinggi segenap Umat beriman, yang meneguhkan saudara-saudara beliau dalam iman (lih. Luk 22:32), menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan definitif. Oleh karena itu sepantasnyalah dikatakan, bahwa ketetapan-ketetapan ajaran beliau tidak mungkin diubah dari dirinya sendiri, dan bukan karena persetujuan Gereja. Sebab ketetapan-ketetapan itu dikemukakan dengan bantuan Roh Kudus, yang dijanjikan kepada Gereja dalam diri Santo Petrus. Oleh karena itu tidak membutuhkan persetujuan orang-orang lain, lagi pula tidak ada kemungkinan naik banding kepada keputusan yang lain. [↩]
4. Lihat St. Thomas Aquinas, Summa Theologica, III, q. 65, a. 1, ad. 1 [↩]
5. Disarikan dari New Catholic Encyclopedia, Buku ke-3 (The Catholic University of America, Washington, DC, copyright 1967, reprinted 1981), hal. 261 [↩]
6. St. Ignatius of Antioch, Letter to the Smyrnaeans, 8 [↩]
7. Lihat Cyril C. Richardson, ed. Early Christian Fathers, A Touchstone Book, Simon & Schuster, New York, 1996, p. 33 [↩]

(Sumber : katolisitas.org)

MEMAHAMI ALLAH TRITUNGGAL

 

Allah Tritunggal atau Trinitas merupakan doktrin yang sukar dan membingungkan kita. Kadang-kdang orang Kristen dituduh mengajarkan pemikiran yang tidak masuk akal (logika), yaitu 1+1+1=1. ini merupakan pernyataan yang salah. Mengapa tidak memakai formula 1x1x1=1 atau 1:1:1=1? Istilah Trinitas bukan menjelaskan relasi dari Tiga Allah (ini yang sering dikatakan oleh sekte Unitarian kepada Orang Kristen). Tritunggal bukan berarti triteisme, yaitu di mana ada tiga keberadaan yang tiga-tiganya adalah Allah. Kata Trinitas dipergunakan sebagai usaha untuk menjelaskan kepenuhan dari Allah, baik dalam hal keesaan-Nya maupun dalam hal keragaman-Nya.

Formulasi Trinitas yang telah dikemukakan dalam sejarah adalah Allah itu satu esensi dan tiga Pribadi. Formula ini memang merupakan suatu hal yang misteri dan paradoks tetapi tidak kontradiksi. Keesaan dari Allah dinyatakan sebagai esensi-Nya atau keberadaan-Nya, sedangkan keragaman-Nya diekspresikan dalam Tiga Pribadi. Istilah Trinitas sendiri tidak terdapat dalam Alkitab, namun konsepnya dengan jelas diajarkan oleh Alkitab. Di satu sisi, Alkitab dengan tegas menyatakan keesaan Allah (Ulangan 6:4) dan (ihat juga 1Kor 8:4,6; 1Tim 2:5-6, Yak2:19) Di sisi lain, Alkitab dengan tegas menyatakan keilahian tiga pribadi dari Allah: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Gereja telah menolak ajaran-ajaran bidat modalisme dan triteisme. Modalisme adalah ajaran yang menyangkali perbedaan Pribadi-Pribadi yang ada di dalam keesaan Allah, dan menyatakan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus hanyalah merupakan tiga cara Allah di dalam mengkspresikan diri-Nya. Di pihak lain, Triteisme mengungkapkan pernyataan yang salah, yaitu ada tiga keberadaan yang menjadi Allah.

Istilah Pribadi sama sekali tidak berarti adanya perbedaan di dalam esensi, tetapi perbedaan di dalam subtansi dari Allah. Substansi-substansi pada diri Allah memiliki perbedaan yang nyata satu dengan yang lain tetapi tidak berbeda secara esensi, dalam arti suatu keberadaan yang berbeda satu dengan yang lain.setiap Pribadi berada ”di bawah” esensi Allah yang murni. Perbedaan substansi ini berada dalam wilayah keberadaan, bukan suatu merupakan suatu keberadaan atau esensi yang terpisah. Semua pribadi pada diri Allah memiliki atribut ilahi.

Setiap Pribadi di dalam Trinitas memiliki peran yang berbeda. Karya keselamatan dalam pengertian tertentu merupakan pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal. Namun, di dalam pelaksanaannya ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus. Bapa memprakarsai penciptaan dan penebusan; Anak menebus ciptaan; dan Roh Kudus melahirbarukan dan menguduskan, dalam rangka mengaplikasikan penebusan kepada orang-orang percaya.

Keilahian Bapa:

  • Mat 6:26 bdk Mat 30,32, Yoh.1:18, 6:46, Ro 1:7

 

Keilahian Yesus Kristus:

  • Pengakuan Tomas: Yoh 20:28.
  • Kesaksian Paulus: Flp 2:5-11.
  • Ibr 1:2,8.
  • malaikat Allah adalah malaikat-Nya: Luk.12:8-9; 15:10, Mat13:41.
  • kerajaan Allah dan orang-orang pilihan Allah adalah milik-Nya: Mat 12:28, 19:14, 24, 21:31,43, Mrk13:20.
  • mengampuni dosa: Mrk 2:8-10.
  • wewenang untuk menghakimi dunia: Mat.25:31.
  • berkuasa atas dunia: Mat 24:30, Mrk 14:62.

 

Keilahian Roh Kudus:

  • berdusta kepada Roh Kudus = berdusta kepada Allah ( bdk. 1 Kor.6:19-20).
  • Roh Kudus digambarkan sebagai memiliki sifat dan melakukan pekerjaan Allah (Yoh.16:8-11, 3:18).
  • Roh Kudus dinyatakan sederajat dengan Allah(Mat 28:19; 2Kor 13:14, 1Pet 1:2).

Doktrin Tritunggal tidak menunjukkan bagian-bagian atau peran-peran dari Allah. Analogi manusia yang menjelaskan seseorang yang adalah seorang ayah, seorang anak, dan seorang suami tidak dapat mewakili misteri dari natur Allah.

Doktrin Tritunggal tidak secara lengkap menjelaskan tentang karakter Allah yang bersifat misteri. Sebaliknya, doktrin ini memberikan perbatasan yang tidak boleh kita langkahi. Doktrin ini menjelaskan batas pemikiran kita yang terbatas. Doktrin Tritunggal menuntut kita untuk setia pada wahyu ilahi yang menyatakan bahwa dalam satu pengertian Allah adalah esa dan dalam pengertian lain Dia dalah tiga.

  • Doktrin Tritunggal meneguhkan kesatuan Allah di dalam tiga pribadi
  • Doktrin Tritunggal bukan merupakan suatu kontradiksi; Allah memiliki satu esensi dan tiga pribadi.
  • Alkitab meneguhkan baik keesaan Allah dan keilahian dari Bapa, Anak dan Roh Kudus.
  • Ketiga pribadi di dalam Tritunggal dibedakan melalui karya yang dilakukan oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus.
  • Doktrin Tritunggal memberikan batasan kepada spekulasi manusia tentang natur Allah.

Materi Pelajaran Agama Katolik Sekolah Menegah Pertama (SMP) Kelas IX

Pelajaran I : Allah Berkehendak Menyelamatkan Semua Orang

  • Kita telah melihat bersama pengalaman kasih yang telah dialami oleh seorang wanita yang ditolong oleh Suster  Bernarda. Tindakan Suster Bernarda telah membawa keselamatan bagi wanita yang ditolongnya. Dari tindakan Suster Bernarda tersebut kita dapat melihat karya Allah yang menyelamatkan.
  • Allah menyapa dan menunjukkan kasih-Nya kepada kita dalam hidup kita sehari-hari. Orang-orang lain menjadi sarana bagi kita dalam merasakan kebaikan Allah yang menyelamatkan.
  • Contoh-contoh konkret tanda kasih Allah melalui orang lain tampak dalam :
  1. Tindakan suster Bernarda yang sedia menolong wanita yang terlantar seperti cerita.
  2. Tindakan para suster pengikut Ibu Teresa yang melayani orang-orang yang kelaparan, sakit dan dalam situasi menjelang ajal.
  3. Tindakan para dokter dan perawat (paramedis) yang berusaha mengobati dan menyembuhkan orang-orang sakit.
  4. Tindakan para pekerja sosial yang membantu orang-orang yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
  5. Tindakan orang tua yang mendidik, membimbing, dan merawat kita sejak kecil.
  6. Pertolongan orang yang tidak kita kenal ketika kita mengalami kecelakaan di tengah jalan.
  • Selain melalui orang-orang yang memperhatikan kita tanpa memandang latar belakang, suku, dan agama (seperti yang dilakukan Suster Bernarda kepada wanita yang ditolongnya), Tuhan juga menunjukkan tanda kasih-Nya melalui alam raya. Alam semesta yang maha luas dan indah ini memperlihatkan keagungan dan kasih Tuhan pada kita.
  • Baca Injil Matius 5 : 43-48 “Kasih Allah”
  • Perikope Kitab Suci di atas  menyatakan tentang kasih Allah kepada semua orang. Allah “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (ayat 45). Kasih Allah tidak membeda-bedakan . keselamatan diperuntukkan bagi semua orang.
  • Yesus menjadi tanda kasih Allah. Yesus menjadi puncak kasih Allah bagi manusia. Kehadiran Yesus Kristus menjadi tanda kehadiran Allah sendiri dalam usaha-Nya menyelamatkan manusia. Barangsiapa mengenal Yesus, ia mengenal Allah sendiri. Dalam diri Yesus “seluruh kepenuhan Allah berkenan diam dan tinggal dalam Dia” (Kol 1 : 19). Dalam diri Yesus, Allah telah menjadi manusia. Allah berbicara kepada manusia menurut cara manusia. Kehadiran Allah menjadi penggenapan dari rencana keselamatan Allah bagi manusia.
  • Seperti halnya Yesus menjadi tanda kasih Allah yang menyelamatkan, maka kitapun dapat menjadi sarana bagi keselamatan orang lain. Kesediaan kita untuk menolong orang lain tanpa pandang bulu dan mengasihi orang lain tanpa kecuali dapat menjadi tanda syukur kita akan keselamatan yang dianugerahkan Allah kepada kita.
  •  (Berbagai agama bukan kristen) Sudah sejak dahulu kala hingga sekarang ini diantara pelbagai bangsa terdapat suatu kesadaran tentang daya-kekuatan yang gaib, yang hadir pada perjalanan sejarah dan peristiwa-peristiwa hidup manusia; bahkan kadang-kadang ada pengakuan terhadap Kuasa ilahi yang tertinggi atau pun Bapa. Kesadaran dan pengakuan tadi meresapi kehidupan bangsa-bangsa itu dengan semangat religius yang mendalam. Adapun agama-agama, yang terikat pada perkembangan kebudayaan, berusaha menanggapi masalah-masalah tadi dengan faham-faham yang lebih rumit dan bahasa yang lebih terkembangkan. Demikianlah dalam hinduisme manusia menyelidiki misteri ilahi dan mengungkapkannya dengan kesuburan mitos-mitos yang melimpah serta dengan usaha-usaha filsafah yang mendalam. Hinduisme mencari pembebasan dari kesesakan keadaan kita entah melalui bentuk-bentuk hidup berulah-tapa atau melalui permenungan yang mendalam, atau dengan mengungsi kepada Allah penuh kasih dan kepercayaan. Buddhisme dalam pelbagai alirannya mengakui, bahwa dunia yang serba berubah ini sama sekali tidak mencukupi, dan mengajarkan kepada manusia jalan untuk dengan jiwa penuh bakti dan kepercayaan memperoleh keadaan kebebasan yang sempurna, atau ? entah dengan usaha sendiri entah berkat bantuan dari atas ? mencapai penerangan yang tertinggi. Demikian pula agama-agama lain, yang terdapat diseluruh dunia, dengan pelbagai cara berusaha menanggapi kegelisahan hati manusia, dengan menunjukkan berbagai jalan, yakni ajaran-ajaran serta kaidah-kaidah hidup maupun upacara-upacara suci. Gereja katolik tidak menolak apapun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, Tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni? jalan, kebenaran dan hidup? (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya [ ]. Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka. Nostra Aetate Art. 2

Pelajaran II: Beragama

  • Hampir seluruh penduduk dunia menganut agama tertentu. Bagi manusia agama menjadi bagian hidupnya.
  • Ada banyak alasan yang membuat manusia beragama, antara lain :
  1. Untuk menemukan rasa aman ketika menghadapi kesulitan di dalam hidup
  2. Untuk memperoleh arti hidup
  3. Untuk pedoman dalam menentukan tindakan yang baik.
  • Kenyataan adanya sebagian besar penduduk dunia menganut agama tertentu mennjukkan bahwa agama bagi manusia memang bermakna. Manusia beragama karena mempunyai kerinduan untuk menggantungkan hidupnya kepada Yang Mahakuasa. Agama menjadai sarana bagi manusia untuk mengenal Tuhan dan membangun hubungan dengan-Nya.
  • Didalam masyarakat saat sekarang, tidak semua umat beragama melaksanakan tindakan keagamaan dengan alasan yang benar. Banyak hal yang memprihatinkan yang terjadi di dalam hidup keagamaan. Ada orang menjalankan praktek hidup keagamaan hanya menekankan hal-hal lahiriah. Baginya, beragama dianggap cukup kalau dia mencantumkan identitas agama yang dianutnya di dalam KTP ataupun menjalankan kegiatan-kegiatan keagamaan layaknya orang-orang lain yang beragama. Tindakan lain yang menekankan aspek lahiriah juga tampak ketika umat beragama sekedar menjalankan ajaran-ajaran agama. Beragama bagi mereka disamakan dengan ketaatan pada perintah-perintah agama.
  • Beragama yang benar tidak dapat disamakan dengan tindakan pergi ke Gereja, Masjid, Pura, Vihara, secara rutin. Beragama tidak cukup hanya menjalankan ajaran agama sebatas mengikuti aturan-aturan dalam agamanya untuk menghindari hukuman (dosa) dan memperoleh pahala.
  • Hidup beragama sesungguhnya harus didasarkan pada dorongan dari dalam untuk mencari kebenaran. Beragama harus dengan motivasi untuk membangun hubungan yang semakin mendalam dengan Tuhan dan sesama. Beragama yang benar artinya menjadikan Agama sebagai pedoman hidup sehari-hari.
  • Pandangan Gereja tentang beragama dan hidup keagamaan dalam Nostra Aetate Artikel 1
  • Manusia menganut agama tertentu untuk emncari jawaban yang terakhir tentang makna hidupnya. Menurut Nostra Aetate art.1, manusia mengharapkan dari berbagai agama jawaban terhaadap rahasia tersembunyi di sekitar keadaan hiudpnya. Rahasia tersembunyi di dalam hidupnya telah menggelisahkannya secara mendalam. Manusia bertanya tentang asal dan tujuan hidupnya, makna kematian, makna sakit dan penderitaan, dan berbagai hal lain yang ingin dipahaminya. Manusia ingin memperoleh kepastian jawaban atas rahasia kehidupan yang tersembunyi tersebut.
  • Masih dalam artikel yang sama, Gereja Katolik berkeyakinan bahwa agama-agama mempunyai tujuan akhir yang sama, yakni Allah. Dengan agama, manusia tidak berhenti dalam pencarian jawaban atas persoalan yang paling dasariah, yang dihantar menuju Allah. Melalui agama, Allah dikenal sebagai Pencipta, Penyelenggara dan Tujuan hidup manusia. Manusia beragama untuk memperoleh keselamatan sejati dari Allah.
  • Beragama yang benar berarti berusaha mengenal dan menjalin hubungan yang akrab dan mendalam dengan Allah dan sesamanya. Hidup keagamaan bukan hanya memperhatikan hal-hal lahiriah, melainkan juga yang batiniah. Dengan demikian, agama tidak dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dalam mencari popularitas, mendapatkan kedudukan, meraih keuntungan dsb. 

Pelajaran III : Beriman

  • Tuhan senantiasa hadir menyapa manusia. Tuhan menghibur, membimbing, dan menguatkan kita, baik dalam suka maupun dalam duka, baik dalam kepastian maupun keraguan, baik dalam untung maupun malang. Tuhan setia menyertai manusia.
  • Wahyu Tuhan artinya sapaan, penyertaan, ataupun tawaran dari Tuhan kepada manusia. Hal-hal yang dinyatakan Tuhan antara lain : Diri-Nya sendiri, rencana-Nya untuk menyelamatkan manusia. Wahyu Tuhan dapat kita ketahui melalui : ciptaan-Nya, diri manusia, peristiwa hidup yang dialami manusia, Kitab Suci, dan puncak Wahyu Tuhan yakni Yesus Kristus sendiri.
  • Manusia dapat menanggapi wahyu Tuhan dengan Iman. Maka, beriman berarti menyerahkan diri secara total kepada kehendak Tuhan. Bila wahyu Tuhan tidak ditanggapi oleh manusia, maka tidak ada artinya. Sebaliknya, manusia tidak mungkin beriman tanpa pewahyuan Tuhan sendiri.
  • Baca kisah Santo Hieronimus Emiliani (1481-1537) “penuh Perhatian pada Anak terlantar”.
  • Baca Kitab Yak 2 : 14 – 26 “ Iman dan Perbuatan”.
  • Menjalani hidup dengan benar merupakan manfaat dari hidup beriman kepada Tuhan. Manfaat beriman yang lain adalah : tidak was-was atau khawatir akan hidup yang sedang dijalani, dekat dengan Allah, sehingga merasa bahagia, aman, damai, tenang, dan optimis dalam menatap hidup. Dengan beriman kita merasa bahagia, tenang, damai, dan tabah karena adanya keyakinan akan pertolongan Allah. Orang beriman memiliki yang memiliki hubungan yang baik dengan Allah akan senantiasa beroleh kekuatan dan keberanian untuk menhadapi masalah-masalah hidup.
  • Bagi orang yang menjalani hidup tanpa iman akan diliputi oleh : rasa takut, geliah, tidak mempunyai harapan (cepat putus asa), cenderung mencari jalan pintas untuk menyelesaikan persoalan hidup.
  • Hidup beriman yang mendalam oleh Rasul Yakobus disebut sebagai hidup beriman dalam kesatuan antara ibadah dan perbuatan. Dalam Yak 1: 26 di katakan “Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya, maka sia-sialah ibadahnya”. Menurut Rasul Yakobus, hubungan dengan Allah yang telah mengasihi kita seharusnya menyadi nyata dalam kasih kepada sesama.
  • Hubungan dengan Allah dibangun oleh orang beriman melalui ibadah, sedangkan hubungan dengan sesama ditampakkan dalam tindakan nyata. Bagi Rasul Yakobus, orang beriman tidak cukup hanya menjadi pendengar dan penerima firman Allah, melainkan ia harus menjadi pelaku firman. (Yak 1: 22). Dari pandangan Rasul Yakobus ini nyatalah bahwa kalau seseorang beriman maka dia akan berbuat kasih kepada sesamanya. (Yak 1: 19-21)
  • Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia juga menekankan hidup dari iman menjadi ciri orang yang benar (Gal 3 : 11). Menurut Santo Paulus sangatlah penting orang hidup dari iman. Orang yang hidup dari iman akan diberkati (Gal 3: 9). Orang yang hidup dari iman mengalami hubungan yang baru dengan Allah.
  • Bagi Paulus, Abraham menjadi contoh bagi semua orang beriman.
  • Dari pendangan Santo Yakobus dan Santo Paulus, menjadi lebih jelas bagi kita bahwa beriman kepada Allah itu sangat penting. Beriman berarti kita mempercayakan hidup kita kepada Allah.

Pelajaran IV : Beriman Kristiani

  • Bacalah Injil Matius 7: 21-23 dan Lumen Gentium Artikel 14.
  • Orang beriman Kristiani Sejati adalah orang yang hidup dan tindakannya diwarnai dan dimotivasi oleh Iman Kristianinya, bukan sekedar karena alasan keagamaan yang lahiriah. Seseorang yang beriman Kriatiani adalah seorang yang religius, yaitu orang yang selalu menyadarkan hidupnya pada Kristus dan meyadari bahwa seluruh peristiwa hidupnya merupakan karya Kristus yang menyelamatkan.
  • Adapun aspek-aspek hidup beriman Kristiani meliputi :
  1. Pengalaman Religius         : sebagai orang Kristiani adalah pengalaman dimana manusia sungguh menghayati karya dan kebaikan Allah yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus, dan karena pengalaman itu manusia sampai pada kemauan bebas untuk menyerahkan diri kepada Kristus.
  2. Penyerahan Iman              : adalah jawaban atas Wahyu Allah yang telah berkarya. Dengan adanya penyerahan iman, orang tidak saja mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan tetapi juga mewujudkan tindakan atau perbuatannya sesuai dengan ajaran Yesus. Dalam Mat 7:21, Yesus bersabda, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku : Tuhan, Tuhan ! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Surga”.
  3. Pengetahuan Iman               : seorang Kristiani dituntut terus menerus untuk semakin mampu mempertanggungjawabkan imannya. Hal inilah yang disebut sebagai Pengetahuan Iman.
  • Umat Kristiani yang dihimpun dalam Gereja Katolik memiliki sejumlah ciri penghayatan hidup beriman yang dipelihara yaitu :

–          Melalui Sakramen Baptis, ia dilahirkan kembali dalam Tuhan dan dilantik menjadi putra-putri Allah.

–          Sebagai orang beriman Kristiani ia mengakui imannya akan Kriatus, menerima dan merayakan sakramen-sakramen sebagai Sarana dimana Tuhan ingin menyelamatkan umat-Nya, dan senatiasa berada dalam pimpinan gembala-gembala Gereja yang dalam hal ini adalah hirarki.

–          Di samping itu, sebagai satu persekutuan ia diharapkan bersatu dalam kasih, doa, pelayanan dan kesaksian (Lumen Gentium Art. 14).

Pelajaran V : Perjuangan Mengembangkan Iman

  • Baca 1 Korintus 9 :24-27, Filipi 1 : 27-31, Lukas 17:6.
  • Seperti halnya kesehatan harus diusahakan dan diperjuangkan, dermikian juga dengan perkembangan hidup beriman. Iman perlu dikembangkan dengan berbagai usaha, karena iman yang kuat akan membuat kita tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Bukan hanya bdan yang sehat, melainkan juga hidup rohani kita kuat. Iman yang berkembang memampukan kita untuk menanggapi kenyataan hidup dengan penuh makna. Dengan hidup beriman mendalam yang kita jalani, maka kitapun dapat mengarahkan perilaku kita secara benar.
  • Orang bisa dikatakan imannya berkembang bila tutur kata serta tindakannya semakin berkenan bagi banyak orang dan tentu saja bagi Tuhan. Pengalaman doa dan kegiatan-kegiatan lainnya dalam memperkembangkan iman, telah memotivasi dirinya didalam berperilaku dan bertindak.
  • Pengetahuan iman tidak selalu ada hubungannya dengan hidup beriman. Ada orang yang memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang Tuhan dan sering berdoa tetapi perilaku dan tutur-katanya tidak menunjukkan kebaikan. Orang semacam ini pengetahuan imannya banyak, tetapi”Imannya tidak berkembang.” Pengetahuan imannya tidak bermakna dan doa sehari-harinya hanya di bibir saja. Dalam berdoa dia tidak tulus, orang semacam ini biasanya berdoa tidak untuk berhubungan dengan Tuhan tetapi hanya ikut-ikutan atau agar dipuji orang. Doanya tidak dihayati maka doa tersebut juga tidak berdampak dalam hidupnya.
  • Faktor penghambat kegiatan pengembengan iman, antara lain :
  1. Rasa malas dan keinginan bersantai-santai ataupun bermain saja.
  2. Terlalu disibukkan oleh banyak kegiatan lain yang tidak terlalu berguna.
  3. Acara-acara hiburan atau TV yang menarik yang menyita seluruh perhatian kita, acara TV itu jauh lebih menarik daripada doa bersama, pendalaman iman dilingkungan, atau kegiatan gerejani dan kegiatan sosial lainnya.
  • Faktor pendukung kegiatan pengembangan iman, antar lain :
  1. Keinginan memiliki bekal agar mampu memecahkan masalah yang dijumpai dalam hidup sehari-hari, hidup lebih bermutu, mampu berjasa bagi orang lain, dan semakin bijak.
  2. Membaca kisah-kisah yang menarik dari tokoh-tokoh Kitab Suci dari Perjanjian Lama, Misalnya Nuh, Abraham, Yakub, Musa, Gideon, dan sebagainya. Tokoh perjanjian Baru Misalnya Yosef, Maria, Elisabeth, para gembala, tiga sarjana, Yohanes Pembaptis, Matius, Zakheus, Paulus dsb. Kisah-kisah tersebut membuat kita terdorong untuk meneladan mereka. Kita belajar dari mereka bagaimana hidup beriman mereka dikembangkan dan diperjuangkan.
  3. Bacalah pula kisah tokoh-tokoh iman dari zaman modern ini seperti Paus Yohanes XXIII, Ibu Teresa, Albert Zweitzer, dsb.
  • Dari   2 Tim 1 : 14 terungkap : “Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita oleh Roh Kudus yang diam didalam kitra.”

Harta indah kita sebagai orang Kristiani adalah iman yang dianugerahkan kepada kita oleh Roh Kudus. Harta ini perlu dipelihara agar lestari dan berkembang. Usaha mengembangkan iman memang tidak mungkin hanya oleh usaha kita sendiri saja, tetapi kita perlu bantauan dan campur tangan Allah.

Para rasul pun mohon kepada Yesus agar iman mereka bertambah. Rasul-rasul pernah meminta kepada Tuhan : “Tambahkanlah iman kami !” (Lukas 17 :5). Oleh sebab itu, kita tidak usah berkecil hati atau putus asa bila kita merasa betapa tidak mudahnya mengembangkan iman kita masing-masing. Asal kita berusaha dan sekaligus memohon kepada Tuhan, niscaya kita akan mendapatkannya. Bila kita mendapat anugerah iman yang besar, maka hampir tak ada yang mustahil bagi kita seperrti janji Yesus. “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini : Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” (Luk 17 :6).

Pelajaran VI : Iman dan Kebersamaan dalam Jemaat

  • Baca Kisah 2 : 41-47.
  • Iman itu bersifat personal dan sosial artinya iman pertama-tama merupakan hubungan pribadi antara manusia dan Allah.  Selain bersifat pribadi sebagai tanggapan pribadi manusia atas tawaran kasih Allah, iman juga bersifat sosial artinya iman itu diungkapkan dan diwujudkan dalam kebersamaan dengan jemaat.
  • Jadi, pentinglah kita memiliki iamn personal sekaligus iman sosial. Dengan mengembangkan aspek sosial, iman kita akan semakin terlibat pada rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dan membuat kita semakin sosial. Dengan hanya memiliki iman personal, kita mudah menjadi orang yang egois.
  • Bila kita ingin agar iman kita dapat selalu berkembang, maka pentinglah kita mengusahakan hidup bersama secara harmonis dengan semua orang dan dalam jemaat beriman (umat).
  • Sebagai orang beriman, kita mempunyai tanggungjawab pribadi untuk mengembangkan iman kita sendiri. Tetapi karena perkembangan iman kita juga diupayakan oleh umat, maka kita mempunyai tanggung jawab pula untuk ambil bagian dalam mengembangkan iman sesama umat. Kita sebagai pribadi dapat membentu pengembangan iman orang lain dengan bersedia hadir dalam pertemuan-pertemuan umat, antara lain berdoa bersama ataupun pendalaman iman dan kegiatan-kegiatan bersama umat lainnya.

Pelajaran VII : Aku Warga Masyarakat

  • Kata “masyarakat” mempunyai arti yang sangat luas. Menurut ilmu sosiologi, masyarakat merupakan keseluruhan yang konkret historis dari segala hubungan timbal balik antara manusia dan macam-macam kelompok. Masyarakat tersusun menurut macam-macam kelompok, organisasi, dan anggota dengan status dan peranan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, hidup masyarakat harus diatur secara aktif dan adil. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan masyarakat demi perkembangannya.
  • Dalam hidup bermasyarakat, kita mempunyai berbagai macam hak, antara lain : hak untuk hidup, hak untuk mendapat perlindungan, hak mendapat rasa aman, hak untuk mendapat nafkah, hak untuk mendapat kesempatan berkembang, dan hak untuk mendapatkan pendidikan. Kita juga memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat. Kita semua mempunyai hak yang sama dalam hidup bermasyarakat.
  • Kita juga mempunyai sejumlah kewajiban, antara lain : kewajiban menjaga ketertiban umum, memelihara keamanan, mengupayakan kesejahteraan, memelihara kebersamaan dan kerukunan demi keharmonisan hidup bersama.
  • Hak dan kewajiban itu perlu dijalankan secara benar dan bertanggung jawab.
  • Baca Injil Matius 17 : 24-27, Mat 22: 15-22
  • Yesus mengharapkan setiap orang menghargai pemerintah, tetapi tidak melemahkan atau menomorduakan hormat kepada Allah. “Berikan kepada Kaisar yang menjadi hak Kaisar dan berikan kepada Allah yang menjadi hak Allah” (Mat 22 :21)
  • Yesus juga mengajak orang taat membayar pajak (Mat 17 : 27)
  • Semasa hidupnya, Yesus juga tidak pernah mengahsut rakyat untuk bergerak melawan pemerintah.
  • Yesus juga cukup tegas melakukan kritik terhadap pemimpin bangsa-Nya yang tindakannya tidak benar.

Pelajaran VIII : Para Pemimpin Masyarakat

  • Seorang pemimpin adalah orang yang pertama, baik dalam hal pikiran maupun tindakan. Ia juga berada di tengah-tengah untuk menggerakkan atau memotivasi anak buahnya dan manakala anak buehnya bergerak ia juga mampu berada di belakang untuk mendukung dan memberi kekuatan. Pemimpin selalu “tut wuri handayani”. Ia penuh inisiatif untuk menggerakkan dan mendukung anak bauhnya,
  • Para pemimpinyang baik menghasilkan karya-karya mengagumkan karena didukung dengan kerja keras, kedisiplinan dan adar akan peranannya.
  • Bacalah Kitab Keluaran 3 : 3-7, 1 Pet 2 : 13-17, Markus 10 ; 35-44, Yoh  10:11-15
  • Kitab Keluaran 3 : 7-10 menceritakan tentang Musa sebagai pemimpin yang harus hadir di depan bangsanya untuk menampilkan kehadiran Allah yang menyelamatkan.
  • Pemimpin sebagai simbol kehadiran Allah tampak juga dalam kisah-kisah Raja Daud. Allah hadir dalam diri Daud sehingga hampir semua peperangan yang dipimpinnya untuk mengusir musuh bangsanya dimenangkannya. Dalam masa pemerintahan Daud, rakyat mengalami kesejahteraan besar dan sampai sekarangpun masa pemerintahannya selalu dilihat sebagai masa penyertaan Allah yang paling ideal.
  • Pemimpin yang baik menurut Yesus adalah orang yang rela berkorban demi kepentingan banyak orang. Sebaliknya, pemimpin yang lari ketika masyarakat dalam kesulitan dan membutuhkannya adalah pemimpin palsu atau pemimpin gadungan. Orang semacam itu tidak layak menjadi pemimpin masyarakat. Dia hanya ada kalau keadaan menguntungkan dirinya 9dan kelompoknya) dan dia tidak peduli kepada kebutuhan masyarakat banyak.
  • Pemimpin yang baik mengenal dan juga dikenal oleh anak buahnya (rakyatnya), sehingga ia bisa mngetahui kebutuhan anak buahnya (rakyatnya). Dengan demikian, ia bisa pula memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan anak buahnya (rakyatnya)
  • Pemimpin yang baik selalu berusaha untuk berkenan kepada Allah dalam tindakan-tindakannya. Dia selalu berusaha melakukan yang menjadi kehendak Allah dan bukan keinginannya sendiri. Karena dia merasa dikenal oleh Allah, maka dia berani dan tidak ragu-ragu dalam tindakannya, karena yang dilakukannya sesuai dengan kehendak Allah. Ia yakin akan perlindungan dan dukungan Allah dalam usahanya memenuhi harapan dan kebutuhan anak buah atau rakyatnya.
  • Menurut Yesus pemimpin yang terkemuka adalah pemimpin yang menjadi abdi banyak orang dan melaksanakan hal-hal yang dibutuhkan atau diharapkan banyak orang. Jadi, ukuran baik dan tidaknya seorang pemimpin adalah besarnya jasa dan manfaatnya bagi banyak orang atau sejauh pelayanannya dapat dinikmati banyak orang.
  •  Kita, di tempat kita masing-masing, wajib menghormati, menaati dan mendukung pemimpin kita yang sah dan melakukan pemerintahan demi kepentingan orang banyak (rakyat) karena pemimpin yang sah merupakan simbol kehadiran Allah.

Pelajaran IX : Kebebasan yang bertanggung jawab.

  • Baca Gaudium Et Spes Art. 16 da 17,
  • Kebebasan Kristiani bukanlah kebebasan tanpa aturan atau kebebasan yang bertentangan dengan sikap bertanggung jawab. Bertindak semau-maunya, apalagi yang merugikan orang lain “ atas nama kebebasan”, sama dengan menipu diri. Setiap orang Kristen diharapkan untuk memiliki sikap yang sportif dan positif terhadap sesama warga masyarakat, memiliki kasih kepada pimpinan yang emnjamin yang menjamin ketertiban dalam masyarakat.
  • Kebebasan yang bertanggung jawab adalah kebebasan untuk melakukan  sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain sesuai dengan minat dan bakat masing-masing, bukannya kebebasan yang mengakibatkan orang lain menderitra atau terganggu. Kebebasan yanag bertanggung jawab dihayati berdasarkan hati nurani yang benar. Oleh karena itu, kita perlu membina hati nurani terus menerus agar tindakan-tindakan kita senantiasa sesuai dengan kehendak Allah. Bermanfaat bagi sesama dan sekaligus mengembangkan diri kita.
  •  Banyak cara untuk membina hati nurani antara lain : mawas diri, membaca buku rohani, berdoa dan merenungkan kitab suci, bertanya pada orang lain saat mengalami keraguan bertindak, dan mebiasakan diri untuk selalu mengikuti hati nurani dan melaksanakannya.
  • Baca 1 Petrus 2 : 16-17

Materi Pelajaran Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII

Pelajaran I : Sengasara dan Wafat Yesus

  • Baca Injil Lukas 23 :26-32 “Yesus dibawa untuk disalibkan”
  • Yesus juga mengalami penderitaan atau sengsara, sampai wafat di salib. Penderitaan yang dialami Yesus pertama-tama merupakan konsekuensinya dari tugas perutusan-Nya melaksanakan kehendak Bapa dalam mewartakan dan menegakkan Kerajaan Allah di dunia
  • Dalam mewartakan Kerajaan Allah, Yesus menghadapi berbagai macam resiko, antara lain dimusuhi, dijauhi oleh orang-orang yang tidak sejalan dengan misi-Nya. Musuh-musuh-Nya selalu berusaha menjatuhkan Dia, dan akhirnya berpuncak pada keinginan mereka untuk membunuh dan menyalibkan Yesus. Resiko tersebut sudah sejak awal disadari oleh Yesus. Tetapi Ia tetap setia pada tugas perutusan-Nya.
  • Itulah sebabnya, ketika penderitaan menimpa-Nya, Yesus berusaha menjalaninya dengan tabah dan taat penuh kepada BapaNya di surga. Yesus memandang penderitaan yang dialami-Nya sebagai jalan untuk penebusan dosa manusia, sebagaimana yang dikehendaki Allah, Bapa.
  • Sekalipun mengalami penderitaan, Yesus masih sempat menghibur wanita-wanita Yerusalem yang meratapi-Nya. Bahkan, menjelang kematian-Nya, Yesus berdoa kepada Bapa-Nya, supaya mengampuni mereka yang membuat-Nya menderita.
  • Kekuatan yang dimilki Yesus diperoleh melalui doa dan melalui sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Bapa. Maka bagi Yesus, kematian merupakan saat penyerahan diri secara total kepada Bapa.

Pelajaran II : Kebangkitan Yesus

  • Baca Injil Yohanes 20:1-10 “Kebangkitan Yesus”
  • Baca Injil Yohanes 20 : 19-23 “Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya”
  • Baca Injil Yohanes 20 : 24-29 “Yesus menampakkan diri kepada Thomas”
  • Baca Injil Lukas 24 : 13-35 “ Yesus menampakkan diri di jalan ke Emaus”
  • Kisah kebangkitan Yesus sendiri tidak banyak dilaporkan dalam Kitab Suci. Kitab Suci hanya mencatat beberapa hal : para murid yang melihat kubur Yesus terbuka dan kosong, kain kafan Yesus yang tertinggal, berita malaikat yang mangatakan Yesus sudah bangkit, dan beberapa kai penampakkan Yesus. Para penulis Kitab Suci lebih mengutarakan dampak dari peristiwa kebangkitan.
  • Dengan kematian-Nya bagi kebanyakan orang Yahudi pada zaman-Nya, Yesus dianggap gagal, sia-sia dan seluruh karya-Nya seolah musnah seiring dengan kematian-Nya. Dengan kematian-Nya, seolah-olah Yesus tidak akan pernah diperhitungkan lagi.
  • Tetapi dengan peristiwa kebangkitan-Nya dari alam maut, Allah membalikkan semua pikiran tersebut. Kebangkitan Yesus membuat kehadiran Yesus tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu. Ia hadir dimana-mana, dalam hati semua murid-Nya. Kehadiran-Nya itu mampu mempengaruhi hati manusia, menjadi semangat, inspirasi hidup bagi banyak orang.
  • Melalui kebangkitan-Nya orang-orang tidak hanya mengenang karya dan ajaran-Nya, tetapi menjadikan Dia sebagai kekuatan hidup sehari-hari. Kehadiran-Nya mampu membuat orang tidak hanya meneruskan karya-Nya, melainkan secara kreatif melakukannya. Kebangkitan Yesus merupakan pembenaran dari Allah terhadap Sabda dan Karya-Nya, pembenaran terhadap perjuangan Yesus Kristrus itu. Kebangkitan Yesus Adalah permulaan dari corak kehidupan baru, kelahiran baru dan permulaan suatu kehidupan yang lebih mulia dan Yesus sendiri sebagai “Ciptaan baru” yang datang dari Allah.
  • Tetapi sayangnya kehadiran Yesus yang bangkit sering sulit ditangkap oleh pikiran manusia, seperti yang dialami dua murid dalam perjalanan ke Emaus. Banyak orang memahami kematian hanya sebatas kematian fisik. Orang yang “mati” diartikan sebagai orang yang tidak bernafas lagi, tidak bisa bergerak lagi, tidak bisa beraktifitas lagi. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menemukan orang yang “mati” sekalipun ia masih hidup. Orang yang “mati” adalah orang yang tiadk diperhitungkan lagi oleh sesamanya. Orang yang sudah putus asa, ptus harapan, orang yang tidak mampu memperbaiki hidupnya. Tetapi orang yang “hidup” atau orang yang “bangkit” adalah orang yang sungguh diperhitungkan, kehadirannya dinantikan, kedatangannya selalu membawa pembaharuan bagi sesamanya. Hal tersebut bisa terjadi bila ia sungguh-sungguh mampu mengalahkan “kematian”.

Pelajaran III :  Yesus pemenuhan Janji Allah.

  • Dalam hidup manusia, orang mengenal istilah atau perbuatan yang disebut “Janji”
  • Ada berbagai alasan yang mendorong seseorang untuk membuat atau mengucapkan janji, misalnya : karena rasa cinta atau belas kasih, karena rasa tanggung jawab, karena ingin memperbaiki situasi yang memprihatinkan menjadi situasi yang baik, karena mewujudkan suatu cita-cita, karena ingin membahagiakan orang lain dsb.
  • Bentuk sebuah janji bermacam-macam. Ada janji yang dibuat oleh diri sendiri, ada janji yang dibuat karena kemauan kedua belah pihak (kesepakatan), ada janji yang diucapkan secara lisan, ada pula janji yang dibuat secara tertulis.
  • Orang yang membuat/ mengucapkan sebuah janji diharapkan dapat setia untuk melaksanakan janjinya itu. Untuk mewujudkan sebuah janji memang dibutuhkan suatu perjuangan bahkan pengorbanan. Janji yang terwujud akan memnbahagiakan diri orang yang berjanji maupun orang lain.
  • Baca Kitab Kejadian 3 : 8-15
  • Tuhan sangat prihatin dengan situasi kedosaan manusia. Karena kasih-Nya kepada manusia, maka Tuhan menjanjikan suatu keselamatan bagi manusia (Kej 3 : 8-15). Janji ini mengandung arti bahwa suatu kelak, hal-hal yang menyangkut kejahatan dan dosa akan dimusnahkan, diganti dengan keselamatan bagi seluruh umat manusia.
  • Janji tersebut diungkapkan kembali oleh Nabi Yesaya dalam Yes 7 : 10-14, “sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia akan menamakan Dia Immanuel (ay 14)
  • Allah memenuhi janji-Nya. Allah tak ingin manusia hancur dalam kuasa dosa. Janji Allah terwujud dalam pribadi Yesus Kristus sang Putra Allah sendiri, yang selama hidup-Nya selalu mewartakan keselamatan bagi semua orang (Ibrani 1 :1-4)
  • Sebagai pihak yang telah diselamatkan, Allah menghendaki agar manusia memiliki hidup dan semangat baru. Yaitu hidup yang sesuai dengan kehendak Allah, meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa dan selalu mengarahkan diri pada keselamatan.

Pelajaran IV : Yesus Kristus Sungguh Allah Sungguh Manusia

  • Dalam diri manusia terdapat dua dimensi yakni kemanusiaan dan keallahan, kemanusiaan dan illahi. Kalau dimensi kemanusiaan tidak disertai dimensi keallahan, maka manusia tidak ada bedanya dengan binatang. Namun, tak ada satu manusiapun yang melulu tampil dalam keallhannya. Keallahan itu hanya memancar sebagian saja dari sumber utamanya, yakni Allah. Tetapi  keduanya tidak dapat dipisahkan, melainkan satu kesatuan utuh.
  • Ke-Manusiaan sebagai makhluk ciptaan Tuhan, antara lain memiliki ciri-ciri : dikandung dan dilahirkan oleh seorang Ibu, berjenis kelamin, membutuhkan makanan, pakaian, rumah, dan kasih sayang untuk dapat berkembang, memiliki panca indera, dapat berpikir, dapat merasa gembira, sedih, bimbang, dapat sakit, dapat mati, terikat ruang dak waktu dll.
  • Ke-Allahan tampak dalam : keabadian, sifat-sifat Allah : kasih sayang, pangampunan, dsb.
  • Sesungguhnya dalam diri manusia kedua unsur tersebut ada, namun khususnya dimensi keallahan tidak sepenuhnya mampu mengadirkan Allah sepenuhnya. Hanya dalam diri Yesuslah keduanya menjadi satu secara sempurna.
  • Baca Injil Lukas 2 :8-20 tantang “Gembala-gembala”.
  • Allah menjelma menjadi manusia, karena Dia terbuka dan ingin solider dengan kehidupan manusia. Dia ingin mengalami suka duka yang dirasakan oleh manusia, dan melalui kata-kata serta perbuatan yang dipahami manusia, Dia ingin bergaul dengan manusia dan mewartakan keselamatan bagi mereka. Sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia, Yesus tidak ‘pra-pura’ jadi manusia, Dia adalah manusia sejati. Dalam Luk 2: 1-7, kita dapat tahu bahwa Yesus dilahirkan dari Rahim Ibu Maria, Ia adalah warga masyarakat karena ayah ibunya mengikuti sensus penduduk, IA lahir di sebuah tempat yang dapat dikunjungi oleh manusia yakni Betlehem, Ia adalah seorang laki-laki. Dalam teks lain kita dapat menemukan bahwa Yesus sungguh manusia. Ia punya nenek moyang (Luk 3:3-28), ia marah (Luk 19:45), Ia dapat takut (Luk 22:42-44), ia dapat sedih dan letih (Mat 14 : 12-14).
  • Yesus adalah manusia, namun sekaligus adalah Allah. Pada waktu Yesus hidup, banyak orang tak percaya bahwa Yesus adalah Putera Allah, karena Yesus hanyalah anak Yusuf dan Maria, orang dari kampung Nazareth. Seperti Natanael, “Mungkinkan sesuatu yang baik datang dari Nazareth?” (Yoh 1:49), atau kata imam-imam kepala yang yang membenci Yesus. “Kami mempunyai hukum, dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Dia menganggap dirinya sebagai Anak Allah” (Yoh 19:7). Dalam Luk 2: 8-20, sesungguhnya nyata bagi kita bahwa Yesus adalah Allah, karena ketika IA lahir, serombongan bala tentara surga hadir dan melantunkan pujian bagi Yesus sang Putera Allah. Teks lain juga menunjukkan kepada kita bahwa Yesus adalah Allah dan memiliki kuasa ke-illahian, misalnya ketika IA melakukan mukjijat penggandaan roti (Yoh 6:1-15), ketika IA menyembuhkan orang buta (Mat 20: 29-34), ketika IA bangkit mengatasi alam maut (Mat 28:1-10), dan ketika IA naik ke surga (Luk 24 : 50-53)
  • Dengan memahami tentang Yesus yang sungguh manusia dan sungguh Allah, kita dipanggil untuk meneladani cinta-Nya. Walau IA Allah, Ia tak meninggikan dirinya. Ia mau turun ke bumi, tiada lain untuk menyelamatkan manusia. Kita patut bersyukur kepada-Nya, karena Allah sungguh baik. Allah yang dulu kita pandang jauh, sekarang menjadi dekat dan hidup dengan kita.

Pelajaran V : Yesus Memanggil Murid-murid-Nya

  • Kiranya cukup sering terjadi bahwa kita dipanggil untuk suatu keperluan. Macam-macam orang bisa saja memanggil kita, misalnya teman, rekan kerja, atau atasan kita.
  • Mendapat panggilan dari orang lain, bisa merupakan pengalaman yang biasa saja atau juga pengalaman yang luar biasa. Bila orang yang memanggil kita sudah sangat biasa ditemuai, atau bila maksud panggilan sudah bisa diduga, maka panggilan akan terasa biasa.
  • Akan menjadi sesuatu yang istemewa bilamana yang memanggil juga luar biasa misal : berwibawa, punya keistemewaan, bukan orang biasa atau karena tugas yang diberikan istemewa, bukan biasa. Panggilan bisa ditanggapi dengan sikap yang berbeda.
  • Orang yang merasa panggilan sebagai hal yang mendatangkan kesenangan, kaharuan, keuntungan akan cepat menanggapinya. Tetapi itu akan membebani, membuat dirinya susah, atau untuk melakukan pekerjaan berta, umumnya orang akan berpikir dulu untuk menolak.
  • Dalam arti yang khusus, seseorang juga dapat merasakan keharusan untuk melakukan  sesuatu yang baik, sebagai salah satu bentuk panggilan dari dalam dirinya.
  • Dapat terjadi bahwa orang merasa dipanggil Tuhan. Umumnya, Tuhan memanggil kita sering lewat orang lain, seperti yang dialami Ignatius dalam kisah di atas.
  • Baca Mat 4: 18-22, Mat 9: 9-13, Mat 16 :24-28, dan Luk 9 : 57-62
  • Yang dipanggil menjadi pengikut Yesus adalah nelayan, pemungut cukai, an orang kaya. Sebagian dari mereka adalah orang miskin dan sederhana, yang dalam keseharian disingkirkan, dianggap remeh oleh para tokoh Yahudi.
  • Syarat-syarat mengikuti Yesus adalah meninggalkan segala-galanya lalu mengikui Yesus, mau menderita dan memanggul salib. Tujuan mereka dipanggil adalah turut serta dalam tugas perutusan Yesus mewartakan Kerajaan Allah.

Pelajaran VI : Cara Hidup Murid Kristus dalam Persekutuan

  • Baca Kis 4 : 32-37, Kis 2 : 41-47
  • Cara hidup Jemaat Perdana seperti dikisahkan dalam Kis $:32-37 dan Kis 2 :41-47 adalah perwujudan penghayatan hidup murid-murid Yesus. Cita-cita dan kerinduan hidup dalam persekutuan persaudaraan ternyata dapat diwujudkan. Hal pokok dalam hidup umat perdana yang harus diperhatikan adalah :
  1. Roh Kudus lah yang mempersatukan mereka menjadi orang beriman akan Yesus Kristus dan hidup sebagai suatu persekutuan persaudaraan sehati sejiwa. (ayat 32)
  2. Memandang bahwa setiap anggota persekutuan adalah sesama, sederajat, tidak ada dari mereka yang merasa lebih tinggi satu terhadap yang lain, sehingga mereka tidak pertama-tama hidup demi dirinya sendiri, melainkan saling menaruh kepedulian satu sama lain, sehingga tidak merasa kekurangan dan yang mempunyai tidak merasa kelebihan (ayat 33,34a)
  3. Adanya kepemimpinan yang melayani dan mampu mengahdirkan Kristus di tengah-tengah kehidupan Jemaat (Ayat 33a)
  4. Melimpahkan kasih karunia Tuhan dalam kehidupan Jemaat karena Kristus ada di tengah-tengah mereka
  5. Kewibawaan dan pelayanan rasul-rasul dalam kehidupan Gereja kita sekarang ini, walaupun dalam bentuk yang berbeda.

Pelajaran VII : Tugas Perutusan Murid Yesus

  • Baca Injil Lukas 10 : 1-12 dilanjutkan 17-20 tentang “Yesus mengutus Tujuh Puluh Murid”
  • Yesus menghendaki agar kabar gembira keselamatan yang dibawa-Nya dapat diketahui oleh semua orang. Oleh karena itu, Yesus mengutus murid-Nya berdua-dua untuk mendahului-Nya ketempat-tempat yang akan dikunjungi-Nya. Hal ini juga menunjukkan bahwa Yesus tidak ingin berkarya sendiri, IA mengikutsertakan murid-murid-Nya karena pewartaan keselamatan adalah tanggung jawab bersama(ayat 1-2)
  • Ungkapan Yesus, “Aku mengutus kamu seperti anak domba ketengah-tengah serigala”, menunjukkan bahwa tugas yang diberikan oleh Yesus itu merupakan tugas yang berat dan mengandung resiko. Sungguhpun demikian Yesus menjamin keselamatan dan kesejahteraan mereka (Ayat 7&8)
  • Yesus memberikan petunjuk kepada para murid-Nya dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh-NYa, yaitu agar para murid tidak memilih-milih di mana dan kepada siapa mereka mewartakan keselamatan (ayat 8), agar mereka tidak membebani diri dengan harta (pundi-pundi) (ayat 4), agar mereka mengucapkan salam damai dari Allah dirumah-rumah orang(ayat 6) agar mereka menyembuhkan orang-orang yang sakit yang dijumpai (ayat 9), dan memperingatkan orang-orang yang menolak mereka (ayat 10).
  • Dalam memberikan tugas, Yesus juga memberikan jaminan kepada para murid-Nya. Mereka tidak akan terlantar dan kelaparan, sebab mereka adalah pekerja Tuhan (ayat 7).
  • Dalam Injil Lukas 10: 17-20 diceritakan pula bahwa setelah murid-murid-Nya kembali, mereka melaporkan kepada Yesus tentang hasil kerja mereka. Yesus sangat menghargai kesetiaan dan kesungguhan para murid, oleh karena itu IA berkata bahwa, “Namun demikian janganlah bersuka cita karena roh-roh takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga” (ayat 20).
  • Semangat kesederhanaan, kebijaksanaan dan kebersamaan dalam menjalankan tugas perutusan mewartakan kabar gembira diharapkan menjadi semanagat para murid Yesus zaman sekarang.

Pelajaran VIII : Teladan Maria dalam Mengikuti Yesus

  • Salah satu tokoh suci yang dihormati dan diteladani oleh umat Kristiani hingga saat ini adalah Bunda Maria. Dialah perempuan yang mengandung, melahirkan dan membesarkan Yesus.
  • Bentuk-bentuk penghormatan dan ibadat khusus yang bernuansa Maria tampak dalam berbagai bentuk Devosi : doa Rosario, Ziarah ke Gua Maria, Legio Maria, Novena, Koronka, dsb. Devosi-devosi Maria itu menjadi bertambah kuat karena dari pihak Allah sendiri memberi pernyataan suci yang mengukuhkan peranan Maria dalam kehidupan iman Kristiani. Hal ini tampak dalam berbagai kesempatan dan penampakkan dan mukjijat yang menampilkan peran Maria.
  • Gereja sendiri sejak awal mengakui peranan Maria dalam keseluruhan tata keselamatan. Hal yang dapat ditiru dari bunda Maria adalah Iman dan ketaatannya pada kehendak Allah.
  • Baca Injil Lukas 1 : 26-38, Matius 12 : 46-50.
  • Karya keselamatan Allah yang dilaksanakan dalam dan melalui Yesus Kristus mengikutsertakan Maria sebagai perantara terlaksananya karya itu. Ia mulai berperan ketika menyatakan bersedia dan taat kepada Allah untuk mengandung Yesus. (lihat Luk 1: 26-38). Sejak awal perjalanannya menjadi Bunda Yesus, Maria tahu bahwa ia juga akan memperoleh kegemberiaan sebagai orang pilihan. Namun, Maria juga akan memperoleh tantangan-tantangan yang cukup berat (Lukas 2:33-35, “ ….. dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran dan hati banyak orang” ( ayat 35). Kesetiaan Maria kepada Allah dan kepada Yesus terus diuji. Ketika mencari Yesus kecil yang tinggal di Yerusalem seusai Perayaan Paskah, ia mendapat nada, “penolakan” dari Yesus, tetapi hal itu sangat dipahaminya sebagai bagian dari perjalanan putranya. Hal serupa terjadi ketika para rasul mengatakan bahwa ibu-Nya menunggu di luar, nada “penolakan” itu justru membuka pintu akan makna keterikatan dengan Yesus, yang tidak akan lagi dibatasi oleh hanya sekedar hubungan darah, melainkan hubungan iman (Mat 12: 46-50).
  • Pengujian Maria berpuncak pada peristiwa jalan salib Yesus. Dan sungguh tak tergoyahkan, ia setia menemani Putranya dalam jalan salib-Nya. Maria semakin membuktikan kesetiaannya dengan bersedia menjadi Ibu bagi para rasul, yang menjadi cikal bakal Gereja.
  • Dengan demikian, Maria sudah sejak awal menjadi Bunda Gereja. Keagungan pribadi Maria akhirnya dihayati oleh Gereja semakin luas pula, itulah sebabnya Gereja memberi banyak gelar kepadanya.
  • Walaupun demikian Gereja selalu mengingatkan agar umat menempatkan Maria secara proposional. Devosi kepada Maria tidak berdiri sendiri, melainkan harus ditempatkan dalam konteks Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan satu-satunya perantara keselamatan kepada Bapa.

Pelajaran IX : Yesus mengutus Roh Kudus

  • Banyak orang takut menjadi saksi, karena kurang peduli dengan nasib orang lain, tidak mau repaot, tidak mau berkorban demi menegakkan kebenaran.
  •  Ketidaksediaan memberi kesaksian secara benar, jujur dan adil dapat mengorbankan orang lain. Orang yang tidak seharusnya menderita menjadi menderita, orang yang kematiaannya masih bisa dicegah, mati dengan sia-sia, dsb. Pun pula, kesaksian palsu dapat menjerumuskan dan merugikan orang lain dan membuat diri sendiri berdosa.
  • Orang yang bersedia memberi kesaksian adalah orang yang siap dengan berbagai resiko, tidak hanya tenaga, pikiran atau dana, bahkan nyawa bisa menjadi taruhan. Maka sedikit sekali orang yang mau memberi kesaksian.
  • Ketika berada didepan umum, banyak orang Katolik merasa malu atau takut memberi kesaksian dirinya sebagai orang Katolik. Misalnya, malu membuat tanda salib, berdoa sebelum dan sesudah makan ketika di rumah makan. Walaupun, hal-hal seperti itu juga perlu kita lakukan secara bijak, karena kesaksian yang palingefektif adalah melelui tindakan kasih, bukan hanya dengan simbol-simbol keagamaan.
  • Baca Yohanes 14 : 15-20, Yohanes 15 : 4-11, Kisah para rasul 2 : 1-13
  • Setelah Yesus disalibkan, wafat, dan dimakamkan, para rasul mengalami kesediahan dan ketakutan yang luar biasa. Mereka sedih karena merasa ditinggalkan oleh gurunya. Mereka takut, bukan kepada para pemimpin Yahudi yang diduga akan memperlakukan mereka seperti mereka perbuat kepada Yesus, Gurunya, melainkan juga takut untuk memberi kesaksian tentang Yesus.
  • Perasaan sedih dan takut tersebut membuat mereka selalu hidup bersama-sama dalam persembunyian. Mereka tinggal diruangan-ruangan yang tertutup rapat. Mereka membutuhkan kekuatan yang mampu mengembalikan kepercayaan diri dan semangat mereka untuk menjalani hidup seperti biasa. Mereka senantiasa menantikan terpenuhinya janji Yesus untuk mengutus Roh Penghibur (Yoh 14: 15-20, 25-26, 15:4b-11)
  • Kerinduan mereka itu akhirnya terjawab. Pada saat Para Rasul sedang berkumpul di suatu ruangan tertutup tiba-tiba terjadi tiupan angin yang keras memenuhi seluruh rumah dan lidah-lidah api bertebaran hinggap pada mereka masing-masing. Mereka dipenuhi Roh Kudus (Lihat Kis 2 : 1-11). Roh Kudus yang hadir dalam diri para murid Yesus memberikan daya hidup baru kepada mereka. Roh Kudus memperbaharui hati mereka, dari hati yang penuh kesedihan dan ketakutan menjadi orang yang berani. Roh Kudus itu pula yang membuat mereka berani untuk mewartakan kebenaran atas peristiwa yang dialami Yesus Kristus.
  • Apa yang mereka alami menguatkan iman mereka akan Yesus Kristus, bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan mereka, melainkan akan menyertai senantiasa hingga akhir jaman. Hal ini berarti pula bahwa penyertaan dan kehadiran Yesus Kristus dalam Roh-Nya yang kudus itu terus berlangsung dan akan berlangsung hingga kini dan selamanya.
  • Penyertaan Yesus dalam Roh Kudus itu pulalah yang menguatkan iman Gereja hingga sekarang. Dalam keadaan sulit sekalipun, Gereja tetap percaya bahwa Roh Kudus terus berkarya menguatkan Umat-Nya. Pengahyatan Gereja akan kehadiran Roh Kudus itu tampak dalam berbagai ungkapan doa dan simbol yang digunakan dalam ibadat Gereja. Lewat simbol-simbol tersebut, daya kekuatan Roh Kudus tidak hanya dirayakan melainkan diwujudkan melalui anggota-anggota-Nya.

Pelajaran X: Roh Kudus Mempersatukan Para Murid

  • Kesatuan dan persatuan hanya mungkin terbentuk dengan kuat bila ada unsur perekat yang menjiwai semua anggota kelompok
  • Unsur-unsur perekat itu bisa berupa kesamaan hobi, kebiasaan, peristiwa/pengalaman khusus yang pernah dialami, perasaan senasib, atau keprihatinan-harapan-kerindun dan cita-cita yang sama, dan sebaginya.
  • Dalam perjalanan hidup bersama sebagai kelompok, unsur-unsur tersebut harus tetap dipelihara dan diperkembangkan. Bila tidak, maka unsur kesatuan dan persatuan itu akan memudar, dan akhirnya akan menghancurkan kelompok tersebut.
  • Baca Kitab Efesus 4 : 1-7, 4 :11-16. (SBY)

Materi Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII

Pelajaran I : Martabat luhur sebagai Citra Allah

  • Kata “citra” dapat diartikan sebagai (image) yang menunjukkan identitas atau ciri seseorang atau kelompok. Biasanya, kata Citra dikaitkan dengan suatu nilai yang dianggap ideal dan baik, dan umumnya terkait dengan tindakan, sifat, atau karakter seseorang. Kalau kita mengatakan citra masyarakat tertentu, maka yang dimaksud adalah gambaran  positif tentang nilai-nilai, karakter atau kebiasaan masyarakat yang mampu memberi ciri yang  jelas dan tegas tentang masyarakat itu sehingga bisa dibedakan dari masyarakat yang lain. Oleh karena itu, kita mengenal juga ada citra yang baik dan ada citra yang buruk tentang seseorang atau kelompok masyarakat tertentu.
  • Kata “citra” juga mempunyai makna keserupaan, gambaran, atau kemiripan antara seseorang atau kelompok yang dicitrakan. Misalnya, seseorang anak merupakan citra atau gambaran orang tuanya karena mempunyai keserupaan, gambaran, atau kemiripan dalam hal-hal tertentu. Iapun sekaligus mempunyai tanggungjawab menampilkan citra orang tuanya sebaik mungkin. Dengan kata lain, gambaran tentang orang tuanya bisa dikenali melalui  ciri-ciri fisik atau pola tindakan anaknya. Demikian pula halnya citra masyarakat tercermin dalam perilaku setiap anggota masyarakatnya.
  • Baca kitab Kejadian 1 ; 26 – 28 tentang “Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya“ dan Gaudium et spes artikel 12  “Dokumen Konstitusi Pastoral tentang Gereja di dunia dewasa ini”.
  • Dalam kisah Penciptaan dikatakan bahwa manusia diciptakan sebagai “citra Allah” artinya serupa dan segambar dengan Allah sendiri. Kata “Serupa” dan “segambar” sekaligus melukiskan secara tepat bahwa manusia dengan Allah  berbeda, tetapi ada juga kesamaannya.
  • Sejauh terlukiskan dalam Kitab suci, istilah citra Allah hanya dikenakan pada manusia, tidak dikenakan pada ciptaan Tuhan lainnya. Hanya manusialah yang disebut citra Allah.
  • Karena manusia diciptakan sebagai citra Allah, maka manusia memiliki martabat sebagai pribadi, ia bukan hanya sesuatu, melainkan seseorang. ia mengenal dirinya sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan berkat rahmat ia dipanggil membangun relasi dengan Allah, pencipta-Nya.
  • Sebagai citra Allah, manusia diberi karunia khusus berupa : akal budi, kebebasan, dan Hati nurani. Kemampuan-kemampuan dasar itulah yang membedakan antara manusia dengan ciptaan Tuhan lainnya. Manusia adalah ciptaan Allah yang bermartabat luhur. Siapapun dia, ia adalah Citra Allah, ia wakil Allah di dunia.
  • Sebagai Citra Allah, manusia sangat dikasihi oleh Allah (lihat Gaudium Et Spes Art. 12). Manusia “di dunia merupakan makhluk yang dikehendaki Allah demi diri-Nya sendiri” (lihat Gaudium Et Spes Art, 24). Manusia dipanggil untuk mengambil bagian dalam kehidupan Allah sendiri.
  • Karena semua manusia adalah citra Allah, berasal dari Allah, maka semua manusia mempunyai ikatan kesatuan. Mereka harus saling mengasihi, menghormati, tidak saling menghina dan merendahkan serta hidup sebagai saudara satu terhadap yang lain.

Pelajaran II : Panggilan Manusia sebagai Citra Allah

  • Banyak situasi yang menunjukkan tindakan manusia yang tidak atau belum mencerminkan panggilan dirinya sebagai Citra Allah. Disana-sini keutuhan alam ciptaan Tuhan mengalami kerusakan yang demikian parah.
  • Setiap tahun berbagai jenis tumbuhan dan hewan masuk dalam daftar perlindungan karena hampir punah. Akibatnya perubahan musim kini semakin tidak menentu, kicauan burung jarang ditemukan dialam bebas. Kualitas kesehatan manusia makin berkurang karena polusi dan berbagai limbah. Selain kerusakan alam, kondisi yang paling parah adalah berkaitan dengan penghargaan manusia terhadap manusia lain. Masih ada sebagian orang diperlakukan semena-mena, direndahkan martabatnya, dan sebagainya.
  • Faktor penyebab yang utama : Egoisme dan keserakahan manusia serta sikap tidak peduli terhadap hidupnya sendiri maupun hidup orang lain. Sedikit sekali orang yang berpikir bahwa tindakan yang tidak bijak terhadap ciptaan Tuhan bukan hanya menghancurkan martabat hidup manusia sekarang, melainkan juga menghancurkan generasi mendatang. Dan bahwa merendahkan orang lain sama dengan menghina Sang Pencipta.
  • Kenyataan tersebut seharusnya mengajak orang mempertanyakan diri : Apakah hal tersebut sudah sesuai dengan panggilan kita sebagai Citra Allah ? Dimana letak kesalahan kita sehingga Allah semakin rusak dan hancur ? Apa yang harus kita lakukan dimasa yang akan datang ?
  • Baca Kitab Kej 1 : 26 – 30 “ Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya”
  • Kitab Suci menegaskan bahwa manusia adalah Citra Allah. Sebagai citra Allah manusia dipanggil untuk : beranakcucu dan bertambah banyak, memenuhi bumi dan menaklukkannya, menguasai ciptaan Allah lainnya ( Kej. 1 : 26- 30)
  • Panggilan yang agung itu perlu ditempatkan dalam konteks keselamatan yang dikehendaki Allah sendiri, yakni keselamatan secara utuh dan terpadu (integral), tidak hanya menyangkut dirinya sendiri, tetapi juga erat kaitannya dengan ciptaan Allah lainnya. Oleh karena itu, manusia tidak bisa bersikap sewenang-wenang atas kuasa dan tugas yang diberikan Allah.
  • Kuasa yang diberikan Allah terbatas sifatnya. Manusia tidak bisa menjalankan sesuatu melebihi kekuasaan Allah sendiri. Maka, ukurannya adalah sejauh kuasa itu dijalankan sesuai dengan kehendak Allah. Kuasa itu perlu dijalankan secara bijak dan demi kemuliaan Allah serta kebahagiaan manusia sendiri.
  • Manusia harus menjalankan panggilannya sesuai dengan kehendak Allah yang tampak dalam kesadaran akan hal-hal berikut :
  1. Segala sesuatu berasal dan diciptakan Allah dan terarah pada PenciptaNya
  2. Tiap makhluk memiliki kebaikan dan kesempurnaannya sendiri
  3. Semua makhluk dan ciptaan Tuhan mempunyai ketergantungan satu sama lain dan saling melengkapi secara timbal balik.
  • Prinsip-prinsip dasar diatas sudah selayaknya menjadi landasan bertindak dalam mengembangkan dan melaksanakan panggilan setiap manusia sebagai citra Allah. Tetapi kita prihatin, dalam kehidupan ini sering kali terjadi sebaliknya. Panggilan manusia sebagai citra Allah kerap kali ditemukan bertentangan dengan kehendak Allah sendiri. Egoisme dan keserakahan sering kali lebih menonjol daripada ketaatan kepada Allah.
  • Sikap yang perlu dikembangkan adalah : bertanggungjawab dan berupaya menampilkan kecitraan Allah sendiri sebagai Pencipta dan Pemelihara melalui kata dan perbuatan, bukan dengan sikap yang menghancurkan dan menguasai.

Pelajaran III : Aku Memiliki Kemampuan

  • Setiap manusia pasti mempunyai kemampuan atau potensi yang dikembangkan dalam dirinya, baik berupa bakat atau kemampuan maupun berupa sifat/ karakter atau kebiasaan baik. Maka, tugas setiap orang adalah untuk menemukan kemampuannya.
  • Untuk dapat menemukan kemampuannya, pertama-tama orang harus melakukannya sendiri, tetapi kita sering kali juga membutuhkan bantuan orang lain. Kita perlu mencari informasi dengan bertanya kepada orang yang dekat dengan kita dan sungguh-sungguh mengenal kita.
  • Baca Injil Matius 25 : 14 – 30 tentang “Talenta “
  • Tuhan memberikan kepada setiap orang “Talenta” (kemampuan) sebagai karunia secara berbeda-beda. Tuhan memanggil kita agar mengembangkan talenta itu semaksimal mungkin, sehingga menghasilkan “buah” yang melimpah. Setiap orang harus bertanggung jawab terhadap talenta yang dikaruniakan Tuhan kepadanya.
  • Dalam perumpamaan tentang talenta tersebut, digambarkan ada dua sikap terhadap talenta. Ada orang yang sungguh bertanggungjawab dan mengembangkannya sehingga menghasilkan buah, dan ada juga yang tidak berbuat apa-apa sehingga tidak menghasilkan apa-apa.
  • Perlakuan Tuhan kepada dua sikap tersebut juga berbeda. Kepada mereka yang bertanggungjawab dan mengembangkannya, Allah mengajak mereka berbahagia bersama-Nya. Tetapi kepda mereka yang tidak bertanggungjawab dan tidak mengembangkannya, Tuhan merasa sedih dan dengan terpaksa mengambilnya kembali karena talenta yang dikaruniakannya tidak menghasilkan buah apa-apa.
  • Karena kemampuan kita berbeda-beda, Tuhan menghendaki agar kita bekerja sama dan saling melengkapi satu terhadap yang lain. Jika semua orang mempunyai talenta untuk mengajar, siapa yang menjadi murid? Atau jika semua orang berbakat penulis, siapa yang akan membaca tulisan itu ?  Dengan kata lain, talenta yang kita miliki perlu dikembangkan demi kepentingan bersama.
  • Dari Kitab Suci kita tidak mendapat informasi tentang talenta atau hoby Yesus, tetapi klita menemukan hal ini : Bila mengajar, maka pengajaranya mampu menarik orang untuk bertobat. Pribadinya sedemikian menarik, sehingga kat-katanya dapat membuat orang merasa disapa dan dihargai. Dan masih banyak hal positif lain yang dapat kita temukan dalam kepribaian-Nya. Dengan kata lain, talenta tidak selalu harus diartikan sebagai bakat/ ketrampilan seperti musik, menari dsb. Melainkan segala kemampuan khusus yang denganya kita mampu memperkembangkan diri menjadi pribadi yang utuh serta dapat melayani sesama.
  • Banyak cara untuk mengembangkan kemampuan atau talenta, misalnya :
  1. Melatih diri terus-menerus tanpa takut salah atau gagal
  2. Masuk dalam kelompok atau organisasi bersama orang-orang yang mempunyai bakat dan minat yang sama, sehingga bisa saling mengembangkan
  3. Belajar dan mau bertanya kepada orang yang lebih berpengalaman.

Pelajaran IV : Kemampuanku Terbatas

  • Setiap orang mempunyai keterbatasan dalam hidupnya. Ada berbagai keterbatasan dalam hidup seseorang, misalnya :
  1. Keterbatasan fisik : cacat, buta dan cacat lainnya.
  2. Keterbatasan kemampuan intelektual : berpikir lambat, susah menganalisa masalah, dsb
  3. Keterbatasan psikologi (sifat/ karakter) : pemalu, bersikap tertutup, ingin menang sendiri, dsb.
  4. Keterbatasan ekonomi : tidak memiliki biaya atau dana
  5. Keterbatasan sistem budaya : larangan untuk merantau, kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang sulit diubah, dsb.
  • Sikap dalam mengahdapi keterbatasan dan akibatnya :
  1. Sikap minder, akibatnya :
    1. Merasa hidupnya sebagai beban, sebab merasa hidupnya kurang beruntung
    2. Sukar bergaul dan menyesuaikan diri dengan orang lain
    3. Iri hati, cemburu, menganggap orang lain lebih beruntung dari pada dirinya
    4. Memandang Tuhan tidak adil terhadap dirinya.
  2. Sifat munafik, akibatnya :
    1. Melakukan segala upaya untuk meutupi kekurangan dengan menghalalkan segala cara. Misalnya : orang yang penakut akan berusaha omong besar bahwa dia sering melihat hatu, menjelekkan teman yang dianggap saingan, agar orang lain lebih dekat dan berpihak kepadanya.
    2. “Menjilat atasan “ dan menekan bawahan.
  • Bagaimanapun juga kedua sikap tersebut pada akhirnya akan merugikan diri sendiri. Kerugian itu antara lain :
  1. Kita akan mengalami kesulitan dalam pergaulan dengans sesama
  2. Kurang disenangi oleh teman-teman
  3. Kurang dilibatkan dalam aktifitas kelompok
  4. Tidak mampu menutupi dan menghilangkan kekuranbgan yang kita miliki, bahkan bisa membuat kekurangan itu semakin besar, dan makin merugikan kita
  • Sikap yang perlu dibangun dan dikembangkan dalam mengahdapi kekurangan :
  1. Kita harus mampu menerima diri sebagai pribadi yang memiliki kekurangan dan yakin bahwa hal itu juga dialami oleh setiap orang
  2. Jangan menjadikan kekurangan sebagai alasan untuk tidak berkembang atau sukses. Banyak orang cacat dan orang yang tadinya dianggap bodoh bisa meraih sukses dalam hidupnya, bahkan bisa membantu orang lain.
  • Baca Injil Markus 4 : 35 – 41 “Angin ribut diredakan”
  • Ada sikap positif yg dapat kita teladani dari para murid Yesus dalam menghadapi keterbatasannya. Dalam keterbatasannya mereka tidak bersikap minder, munafik, melainkan datang dan meminta kepada Tuhan Yesus (Mrk 4 : 35-41, 6 : 35-44 dan Luk 5: 1-11) mereka yakin bahwa Yesus akan membantu, sehingga mereka bisa keluar dan mengatasi keterbatasannya.
  • Cerita Kitab Suci tersebut membuat kita semakin diteguhkan untuk saling membantu dan bekerja sama dalam keterbatasan masing-masing demi saling melengkapi dan mengembangkan diri.
  • Maka cara mengatasi keterbatasan selain mencoba berlatih dan bertanya pada orang lain, ternyata kehadiran Tuhan menjadi penting. Dan bagi kita yang hidup dijaman sekarang ini bisa menempuhnya dalam doa penuh iman.

Pelajaran V : Syukur atas Hidup

  • Umumnya, orang mampu bersyukur saat mendapatkan kegembiraan atau keberhasilan atau hal-hal yang menyenangkan dirinya. Tentu saja hal ini sangat tergantung dari pandangan dan sikap orang terhadap kehidupan.
  • Ada berbagai pandangan dan sikap terhadap hidup, antara lain :
  1. Hidup ini beban berat atau kutukan

Biasanya, pandangan ini muncul dari orang-orang yang dalam hidupnya banyak mengalami kegagalan, kekecewaan, bencana, atau penderitaan.

  1. Hidup sebagai takdir

Hidup manusia seolah-olah bagaikan wayang, dimana manusia hanya melakukan sesuatu karena digerkakan, diperintahkan oleh Sang Pencipta. Hidup manusia tergantung sepenuhnya pada hidupnya. Pandangan ini menumbuhkan sikap cepat pasrah menyerah terhadap kegagalan, tidak kreatif untuk mengisi dan mengembangkan hidup. Ia bersikap menunggu dan tiak proaktif

  1. Hidup ini “Seni”

Hidup ini sungguh indah karena mengandung keanekaragaman warna kehidupan ; ada suka, ada duka : ada gagal, ada berhasil : ada pahit, ada manis. Semuanya. Ada dan justru membuat menjadi indah untuk dijalani. Pandangan ini menumbuhkan sikap kreatif dan mencari terobosan agar hidup ini menjadi enak. Ia tidak cepat puas atas keberhasilan atau terlena dalam kegembiraan, karena ia sadar bahwa pada suatu saat bisa saja kegagalan dan kesedihan akan muncul. Sebaliknya, ia tidak cepat larut dalam keputusaan dan terpuruk dalam kegagalan, karena ia yakin pada suatu saat dan tentu saja melelui kerja keras akan ada keberhasilan dan kegembiraan bisa diraih.

  • Baca Injil Lukas 17 : 11-19, tentang “Kesepuluh Orang Kusta”
  • Dari sepuluh orang kusta yang disembuhkan ternyata hanya satu orang yang kembali untuk bersyukur. Kebetulan orang itu adalah orang Samaria, orang yang selama ini oleh orang Yahudi dianggap Kafir (tidak beriman kepada Allah). Tetapi justru ia melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Ia bersykur kepada Allah karena melalui penyembuhan yang dialaminya, ia mampu merasakan kehadiran Allah yang menyelamatkan.
  • Banyak cara untuk bersyukur misalnya :
  1. Memuliakan Allah lewat doa atau ibadat, baik secara pribadi maupun bersama.
  2. Menolong sesama yang menderita.
  3. Berusaha hidup lebih baik.
  4. Memelihara kehidupan itu sendiri, misalnya dengan menjaga kesehatan, kebersihan, menjauhi obat-obat terlarang
  5. Menjaga kehidupan orang lain, seperti yang dilakukan Ibu Theresa yang menolong orang-orang miskin dan terbuang.
  • Membiasakan bersyukur atas peristiwa hidup, baik suka maupun duka.

Pelajaran VI : Aku dicptakan baik adanya sebagai Perempuan atau Laki-laki

  • Perbedaan laki-laki permpuan paling mudah dikenali melalui hal-hal yang sifatnya fisik-biologis, terutama melalui perbedaan organ kelamin, tetapi juga dari kepribadian pd umumnya dimiliki masing-masing orang dalam wujud sikap, kebiasaan atau karakter. Tetapi untuk yang terkhir ini, tidak bisa disamaratakan (digeneralisasi) begitu saja. Contoh : mudah meneteskan air mata bukan hanya dimiliki wanita/ permpuan, sebaliknya sikap tegas dan keras tidak hanya dimiliki kaum laki-laki.
  • Laki-laki dan perempuan masing-masing mempunyai keindahan dan kelebihan yang tidak dimilki oleh lainnya.
  • Baca kitab Kejadian 1 : 26-30 “ Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya “
  • Sejak semula, Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan. Masing-masing dilengkapi dengan kebaikannya dan keindahannya. Dan semuanya itu baik adanya. Allah memberkati dan mengasihi keduanya. Hal itu menandakan bahwa laki-laki maupun perempuan begitu berharga di mata Allah dan keberadaan perempuan dan laki-laki sangat berarti.
  • Hidup sebagai permpuan atau laki-laki merupakan anugerah Allah. Kita patut bersyukur karena Allah mempunyai maksud khusus dengan menciptakan kita sebagai laki-laki atau perempuan. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling melengkapi dan mengembangkan satu terhadap yang lain. Dengan kata lain, laki-laki dan perempuan bersifat komplementer (Kej 2 : 18-25). Mereka saling membutuhkan dn saling tergantung satu sama lain. Laki-laki tidak dapat hidup tanpa perempuan dan sebaliknya perempuan tidak bisa hidup tanpa laki-laki.
  • Setiap laki-laki atau perempuan dipanggil untuk mengembangkan dirinya sebagai laki-laki dan sebagai perempuan menuju kesempurnaannya sebagaimana dikehendaki Allah.

Pelajaran VII : Perempuan dan laki-laki sederajat.

  • Praktek perlakuan tidak sama (tidak sederajat) antara perempuan dan laki-laki masih sering terjadi dalam masyarakat, walaupun hal tersebut tidak lagi terjadi dalam semua bidang kehidupan. Dalam bidang pemerintahan hampir sebagian besar dikuasai kaum laki-laki. Tetapi dalam bidang lain perempuan akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan laki-laki.
  • Kesederajatan antara perempuan dan laki-laki bukan soal persentase keterwakilan dalam pekerjaan, dalam tugas pemerintahan, dan sebagainya, tetapi lebih menyangkut pemberian kesempatan untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri seluas-luasnya tanpa kekangan. Hal itu berarti memberi kemungkinan yang sama kepada laki-laki dan perempuan untuk memiliki dan mengungkapkan ide, gagasan, dan kreatifitasnya demi pengembangan diri dan sesamanya.
  • Banyak hal bisa dilakukan untuk mengembangkan kesetaraan/ kesederajatan perempuan dan laki-laki. Misalnya, mulailah menghargai bahwa masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, melibatkan seseorang dalam kegiatan tertentu sesuai dengan kemampuan tanpa memandang laki-laki atau perempuan.
  • Yesus hidup dalam masyarakat Yahudi dimana kaum perempuan menjadi warga masyarakat kelas dua dalam tatanan masyarakat.  Pada masa itu kaum perempuan Yahudi banyak mendapat perlakuan tidak adil.
  • Beberapa kasus dalam Kitab Suci memperlihatkan hal itu. Antara lain : perempuan yang kedapatan berbuat dosa dihakimi secara sepihak oleh orang banyak tanpa melihat bahwa kaum laki-laki juga berdosa (Yoh 8 : 2-11). Peraturan-peraturan yang diberlakukan dalam pertemuan-pertemuan jemaat menunjukkan betapa kaum perempuan terpinggirkan, kurang diberi tempat (I Kor 14 : 26-40, ! tim 11 – 14)
  • Yesus adalah pribadi yang sangat menghargai dan membela kaum piainah secara manusiawi (lihat Yoh 8 : 2 – 11 ) Yesus juga memuji seorang perempuan Kanaan yang percaya (lihat Mrk 15 :21-28) dan menempatkan contoh seorang janda miskin yang memberi sumbangan di bait Allah sebagai teladan dalam kejujuran di hadapan Allah. Ia selalu berjuang agar tercipta suatu masyarakat dimana laki-laki dan perempuan sederajat/ setara.
  • Sikap dan tindakan Yesus itu dilandasi oleh Pemahaman-Nya bahwa baik laki-laki maupun perempauan sama di mata Allah karena Allah sendiri telah menciptakan mereka sebagai citra Allah yang saling membutuhkan. Karena saling membutuhkmaka antara laki-laki dan peremapuan tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Pelajaran VIII : Seksualitas sebagai anugerah Allah.

  • Perbedaan antara Permpuan dan laki-laki dapat dilihat dalam segi-segi berikut :
  1. Perbedaan Tubuh

–          Perempuan umumnya tidak terlalu tinggi dibandingkan laki-laki, tetapi tubuhnya lebih berisi, mukanya bulat dan lembut, karena tulang-tulang dan dagingnya ditutupi lemak yang lunak. Pinggulnya lebih besar dari bahunya. Buah dadanya menjadi besar ketika ia bertumbuh menjadi remaja atau dewasa, kulitnya halus.

–          Laki-laki umunya lebih tinggio dari perempuan. Tulang-tulangnya lebih besar dari pinggulnya, kulitnya dan ototnya lebih padat. Bahunya lebih besar dari pinggulnya, kulitnya lebih kasar dari perempuan, dan lebih banyak ditumbuhi bulu

  1. Perbedaan organ kelamin

Perbedaan yang terdalam yang menjadikan seorang perempuan menjadi sungguh perempuan dan laki-laki menjadi sungguh laki-laki terletak pada perbedaan organ kelamin dan fungsinya masing-masing. Organ kelamin ini mulai bekerja sungguh-sungguh dan mulai disadari ketika remaja mulai memasuki usia 12 tahun. Pada masa anak-anak, mereka bisa bergaul dan tanpa perasaan apa-apa. Tetapi mulai memasuki usia SMP, pergaulan dengan lawan jenis mulai terbatas, ada perasaan malu, ada kalanya ada perasaan tertarik pada lawan jenis., bahkan secara bilogis ada perasaan “terangsang” ketika melihat lawan jenisnya.

  1. Organ kelamin perempuan

–          Organ kelamin contohnya : indung telur, saluran telur, kelentit, rahim (kandungan), Vagina, selaput dara.

Organ kelamin perempuan lebih rumit dibandingkan dengan organ kelamin laki-laki. Salah satu bagian organ kelamin yang paling penting adalah indung telur yang fungsinya menyiapkan, mematangkan, melepaskan sel telur  dan membuat hormon-hormon wanita. Hormon tersebut adalah hormon Estrogen dan hormon Progesteron, hormon ini mulai dihasilkan oleh sel telur pada usia 11 tahun. Hormon tersebut berfungsi membuat diri anak perempuan makin berkembang indah antara lain : pipi, lengan, paha menjadi indah dan lembut. Buah dada mulai berkembang, tumbuh bulu-bulu halus di sekitar ketiak dan organ kelamin. Dengan ini naka perempuan tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan menarik.

–          Pada saatnya indung telur akan menghasilkan sel telur. Keadan ini disebut masa subur. Sel telur yang sudah matang akan menuju kandungan atau rongga rahim dan siap dibuahi oleh sel jantan dari laki-laki. Tetapi kalau tidak dibuahi akan mati dan takberguna lagi, dan secara otomatis akan keluar pada waktunya. Pada saat itulah seorang gadis mengalami “Menstruasi”, “Datang bulan”. Karena kejadian – kejadian yang mengagumkan dalam dirinya anak perempuan itu, maka pada dasarnya secara fisik remaja SMP sudah siap menjadi “calon Ibu”. Tetapi dari segi lain ia mungkin belum siap.

–          Proses perkembangan dan fungsi organ kelamin tersebut sangat mempengaruhi fungsi otak dan sekaligus mempengaruhi aktifitas remaja putri. Pada umumnya, gadis remaja yang dalam masa subur biasa tampak indah cantik, dan aktifitasnya penuh semangat. Sebaliknya, menjelang saat menstruasi tiba, biasanya gadis remaja tampak gelisah, merasa lemas, pusing, kadang-kadang mudah menjadi emosional. Siklus ini akan menjadi terus-menerus secara periodik teratur.

  1. Organ kelamin laki-laki

Antara lain : kandung air mani, kelenjar prostat, batang zakar, saluran air mani, anak buah pelir, dan buah pelir.

–          Salah satu bagian organ kelamin laki-laki yang terpenting adalah buah pelir. Organ buah pelir ini semacam pabrik yang memproduksi air mani (sel Jantan) dan hormon kepriaan (hormon testosteron). Hormon tersebut berfungsi menumbuhkan dirinya menjadi laki-laki yang ditandai dengan tumbuhnya kumis, perubahan suara, tumbuh bulu-bulu disekitar ketiak dan alat kelamin, kaki dll.

–          Remaja laki-laki menghasilkan dalam buah pelirnya berjuta-juta sel jantan. Bila sel jantan ini sudah matang, ia akan dikeluarkan melalui zakar/penis. Jika sel jantan ini bertemu dengan sel telur (melalui hubungan intim suami istri) akan mengakibatkan kehamilan pada perempuan. Tetapi bila tidak ketemu dengan sel telur, ia akan keluar dengan sendirinya yang disebut denga  “mimpi basah”

–          Dari segi sensitivitas, umumnya remaja laki-laki akan mudah terangsang melihat lawan jenisnya. Rangsangan tersebut menyebabkan penisnya mudah terangsang dan menegang

–          Seperti pada gadis remaja, segala proses yang terjadi dalam tubuh laki-laki berpengaruh pula pada aktifitas dan perilakunya. Remaja laki-laki biasanya mudah melamun, membayangkan indahnya tubuh perempuan, sehingga konsentrasi terhadap pekerjaan atau tugas kadang-kadang berkurang. Karena sifatnya yang mudah terangsang, ia mulai senang dengan menyentuh lawan jenisnya, misalnya ; mencubit, atau berkeinginan menyentuh bibirnya.

  • Ciri-ciri yang berbeda yang berkaitan dengan jenis kelamin itulah yang disebut SEKS.
  • Sedangkan seksualitas lebih menyangkut penghayatan seseorang untuk berkembang sesuai dengan seks/jenis kelamin yang dimiliki. Kepribadian seorang perempuan berkembang sesuai dengan keberadaannya sebagai perempuan dan sebaliknya
  • Dengan demikian seks dan seksualitas berbeda walaupun berkaitan satu deng yang lain.

Perbedaan mendasar laki-laki dan perempuan dalam hal Rohaniah :

  1. Perbedaan perasaan
  2. Perbedaan berpikir
  3. Perbedaan dalam pengahayatan seksualitas
  4. Perbedaan dalam hal tindakan

Baca kitab kejadian 1 : 26-28 “Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya”

+  Sejak semula Allah menciptakan seisi dunia dengan baik adanya.

+  Dari semua ciptaan Tuhan manusia adalah ciptaan yang  paling  luhur karena diciptakan sebagai citra Allah (kej 1:26-27) yang diberi kuasa atas makhluk-makhluk lain. (kej 1 :27)

+  Sebagai citra Allah manusia diberi anugerah dan tugas untuk memelihara dunia seturut kehendak Allah. Manusia yang diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan sama-sama diberkati oleh Tuhan dan sejak awal pembentukkannya sudah ditandai dengan adanya ciri-ciri yang khusus/ unik. Seksualitas merupakan suatu anugerah Allah yang patut disyukuri, keindahan seksualitas justru tampak dlam keteraturan dan koodinasinya yang luar biasa.

Pelajaran IX : Penghayatan Seksualitas yang benar.

  • Baca I Korintus 6 :13-20 “ Nasihat terhadap percabulan”
  • Baca Keluaran 20 :14 “ Firman keenam “ Jangan berzinah”
  • Pengertian seksualitas tidak tepat bila hanya semata-mata dikaitkan  dengan maslah-masalah seks antara laki-laki dan perempuan.
  • Seksualitas merupakan anugerah Allah yang luhur yang harus dihayati secara baik dan digunakan sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Tubuh kita telah discikan Allah agar melalui tubuh kita pula kita dapat memuji dan memuliakan Allah.
  • Dalam 1 Kor 6 : 13b-20 dikatakan bahwa tubuh kita adalah bait Allah Roh Kudus. Tubuh kita merupakan sarana kehadiran Allah, dan sekaligus sarana kita untuk mewujudkan kehendak Allah.

Pelajaran X : Persahabatan.

  • Tidak seorang pun mampu hidup sendiri, ia selalu memmerlukan orang lain, itulah sebabnya manusia disebut maklhuk sosial.
  • Relasi saling membutuhkan itu tampak dalam wujud yang beraneka ragam. Ada yang semata-mata terbatas pada hubungan timbal balik, sperti orang di pasar: atau hubungan dalam pekerjaan antara buruh dan majikan, ada pula dalam wujud persahabatan.
  • Banyak orang berteman, tetapi tidak bersahabat. Hubungan persahabatan biasanya lebih kental dibandingkan dengan pertemanan biasa.
  • Hubungan yang kental dan mendalam itu bisa juga hancur oleh berbagai sebab : misalnya ketidakjujuran, egoisme, mencari keuntungan diri, tidak setia, sikap pura-pura dsb.
  • Baca 1 Samuel 18 : 1-4 “Daud dan Yonatan dan 1 Samuel 20 : 1-43
  • Sikap Yonatan patut dipuji. Ia tidak merasa persahabatanya dengan Daud harus hancur gara-gara hubungan antara temannya (Daud) dan ayahnya kurang harmonis. Ia memandang persahabatan tidak bisa dicampuradukkan dengan sikap mendukung atau tidak mendukung kepada ayahnya.
  • Yonatan berupaya jujur terhadap Daud. Ia berani mengatakan segala sesuatu agar sahabatnya selamat, termasuk keberanian menceritakan sikap ayahnya kepada sahabatnya itu. Semua itu dilakukan tanpa pamrih. Padahal, Yonatan adalah Putra Mahkota dan Daud bisa menjadi saingannya.

Pelajaran XI : Persahabatan sejati.

  • Baca Sirakh 6 : 5-17 “tantang Persahabatan”
  • Persahabatan sejati tidak dibangun demi kesenangan pribadi dan untuk yang sesaat saja. Persahabatan sejati adalah persahabatan yang dilandasi iman akan Allah yang lebih dahulu mengasihi dan menjadi sahabat manusia (Sirakh 6 : 5-17)
  • Gambaran sahabat sejati paling nyata adalah dalam pribadi Yesus Kristus. Ia telah membuktikan diri sebagai sahabat semua orang, terutama mereka yang hidup tanpa harapan, yang hidup menderita, yang hidup dikucilkan. Ia hidup di tengah dan bersama mereka, merasakan apa yang mereka rasakan.
  • Yesus berani menjadi “tumbal” atas perjhuangan-Nya mengangkat harkat dan martabat mereka di mata sesama dan dimata Allah. Yesus adalah sahabat sejati, sebab ia berani berkurban untuk sahabat-sahabat-Nya bahkan dengan mnyerahkan nyawa-Nya sendiri (Yoh 15: 13-15)
  • Kita dapat mencontoh pengikut Kristus yang menjadi sahabat sejati bagi sesamanya, misal : Pater Damian dari Pulau Molokai yang menolong orang kusta sampai-sampai ia sendiri meninggal karena tertular kusta. Ibu Theresa dari Calcuta yang menolong dan membantu orang-orang miskin, orang sakit, tersingkir dan terbuang.
  • Banyak cara mengembangkan persahabatan Sejati misalnya :
  1. Berusaha mengenal secara mendalam sang sahabat, sehingga bisa sehati, sejiwa, memahami harapan, kesulitan, kegembiraan, dan kesedihannya agar dapat membatu secara tepat.
  2. Berusaha untuk hormat, percaya dan mencintainya tanpa pamrih.
  3. Refleksi dan berdoa, agar apa saja yang kita lakukan atau dilakukan sahabat kita sesuai dengan kehendak Allah.

Pelajaran XII : Pacaran.

  • Rasa tertarik pada lawan jenis merupakan bagian dari proses pertumbuhan remaja menuju kedewasaan. Setiap orang akan atau pernah mengalaminya. Rasa tertarik itu bahkan diberikan oleh Allah sendiri. Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan agar saling tertarik, agar dengan demikian mereka saling membantu mengambangkan diri.
  • Tetapi, rasa tertarik itu perlu ditata. Itulah sebabnya, kita mengenal adanya tahap-tahap ketertarikan seseorang apda lawan jenisnya. Tahap-tahap itu adalah :
  1. Mulai pergaulan biasa. Waktu masih kecil, orang tanpa malu bisa bergaul dengan siapa saja, tanpa “perasaan apa pun”, semuanya itu berjalan wajar.
  2. Mulai remaja, selain bergaul dengan siapa saja, ada diantaranya yang mulai tertarik secara khusus pada lawan jenisnya. Ia mulai naksir, ia mulai bersahabat secara khusus, bahkan sampai yang disebut pacaran.
  3. Setelah dewasa, ketertarikan atau pacaran itu akan lebih diarahkan menuju jenjang perkawinan.
  • Berpacaran tentu saja merupakan hak setiap orang. Tetapi, setaip orang perlu secara bijaksana menentukan kapan ia akan mulai berpacaran. Sebab, berpacaran yang tidak terarah  dan tidak pada tujuannya bisa mendatangkan bencana yang merugikan, tidak hanya diri kita sendiri atau sang pacar, melainkan juga keluarga, bahkan masyarakat. (Ingat kasus Nina pada kisah dalam buku)
  • Masa berpacaran bertujuan untuk saling mengenal satu sama lain : mengenal kepribadiannya, kebiasaannya, lartar belakang keluarganya, pendidikannya, dsb. Dengan mengenal pacar secara sungguh-sungguh, diharapkan kelak bila sampai menikah, mereka akan menjadi pasangan yang berbahagia, yang tidak banyak mengalami masalah atau konflik dalam kehidupan rumah tangga mereka.
  • Baca Injil Lukas 14 : 28-34 “segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikuti Yesus”
  • Agar mampu menyelesaikan suatu pekerjaan, seseorang harus memiliki persiapan yang cukup, seperti hal nya seseorang yang akan mendirikan suatu menara (Luk 14 : 28-34)
  • Dalam mengikuti Yesus juga ada tuntutan-tuntutan khusus, misalnya adanya persiapan, adanya kesediaan untuk lepas dari berbagai keterikatan ataupun kepentingan diri sendiri, ada kesediaan mendengarkan, ada kesediaan untuk mengikuti ajaran-Nya dsb.
  • Setiap pengikut Yesus juga diharpkan dapat mewujudkan tuntutan-tuntutan tersebut dalam hidupnya sehari-hari, termasuk ketika memasuki masa pacaran.
  • Masa pacaran perlu dilalui secara bertanggungjawab. Sebagai orang beriman, kita diajak untuk senantiasa bersatu dengan Allah, agar Allah sendiri membimbing hubungan kita dengan sang pacar. (SBY)

SUDAH SIAPKAH SAYA MENJELANG KELAHIRAN YESUS KRISTUS ?

Image

ADVEN berasal dari kata Adventus (bahasa latin) yang berarti kedatangan. Maka masa Adven dapat diartikan sebagai Masa Menantikan Kedatangan. Kedatangan siapa? Kedatangan DIA yang dinantikan oleh semesta alam, ialah Sang Juru Selamat, Sang Raja Damai, Tuhan dan Raja Semesta Alam.

Bagaimana kita tahu bahwa Dialah Tuhan Yesus Kristus? Kita akan menengok sebentar Nubuat tentang Sang Mesias itu dari masa Para Bapa Bangsa sampai masa Perjanjian Baru, menjelang kedatangan Kristus

A. NUBUAT-NUBUAT TENTANG KEDATANGAN KRISTUS

1. Para Bapa Bangsa

Adam : Kejadian 3 : 15 : “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”

Abraham : Kejadian 12 : 3 : “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan oleh keturunamu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”

Musa : Keluaran 11, 12, 14 : Paskah dan Penyeberangan Laut Merah : lambang karya penebusan dan pembaptisan.

2. Para Nabi dan Raja

Daud : II Samuel 7 : 12-14,16 : Mesias adalah Anak Daud; serta dalam Mazmur 2:7 :“Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”

Yesaya :

Yesaya 7 : 14 : Nubuat tentang Kelahiran Mesias

Yesaya 9 : 1 – 6 : Nubuat tentang Kelahiran Kristus

Yesaya 42 : 1 – 4 : Nubuat tentang Tugas dan Misi Yesus

Yesaya 53 : 2 – 12 : Nubuat tentang Penderitaan dan Cara Kematian Yesus

Yeremia : Matius 27 : 9 – 10 (bdk Za 11 : 12 – 13) : tentang bagaimana sebab kematian Mesias : Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia : “Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel, dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku.”

3. Masa Perjanjian Baru

Yohanes Pembaptis : – Lukas 7 : 18 – 25, Luk 3 : 1 – 20, Yoh 3 : 22 – 36

B. LITURGI MASA ADVEN

Spiritualitas Adven :

Siap siaga menantikan Tuhan (Luk 21:34, Mat 24:27-44)

Sikap hormat yang mendalam (Yoh 1:1-18)

Sikap lebih memahami sejarah keselamatan

Kerinduan mendalam akan Kristus (Mzm 43:2, Mzm 63:2, Mzm 130:5)

Sikap optimis, penuh harapan dan tobat (Luk 1:46-55, Rom 13:11-14, Yoh 1:23)

Bercermin pada 3 tokoh :Yesaya (Yes 7:14, Yes 9:1-6); Yohanes Pembaptis (Mat 3:1-12, Yoh 1:19-28) dan Maria (Luk 1:26-38)

Lama persiapan masa adven : 4 minggu, dibagi 2 :

2 minggu awal : Adven eskatologis, menantikan kedatangan Tuhan yang kedua

2 minggu yang kemudian : Persiapan menuju Natal, teks-teks KS pendahuluan sebelum kelahiran

Yang khas dari masa Adven :

Warna liturgi : Ungu, masa pertobatan, masa yang baik untuk melakukan puasa, renungan dan refleksi, rekoleksi dan retret.

Dalam Ekaristi : Kemuliaan tidak dinyanyikan.

Dilakukan renungan-renungan bersama di lingkungan-lingkungan, dengan tema-tema adven yang ditentukan oleh Uskup setempat.

Corona : Lingkaran Adven, memiliki lambang-lambang :

Lingkaran : melambangkan Cinta Tuhan yang tak berkesudahan, selain itu juga melambangkan penantian penuh harapan akan keselamatan dan kebahagiaan dari manusia

Daun Cemara warna hijau : lambang harapan manusia

Pita ungu : lambang pertobatan

4 Lilin : melambangkan 4 minggu masa adven :

Lilin I : Lilin Nubuat Para Nabi. Kedatangan Mesias yang telah direncanakan Allah dan telah diramalkan oleh para Nabi

Lilin II : Lilin Betlehem (Mikha 5:1). Awal penggenapan seluruh rencana keselamatan dari Allah, tempat kelahiran Penebus.

Lilin III : Lilin Gembala. Tuhan datang bagi mereka yang miskin dan terpinggirkan; Tuhan sebagai gembala umatNya

Lilin IV : Lilin Malaikat. Kabar Sukacita : kepada keluarga kudus dan kepada para Gembala.

Makna simbolis dari lingkaran Adven sebaiknya ditopang dengan pilihan materi yang cocok dan bisa melukiskan makna simbol itu. Maka, perlu kita perhatikan kualitas materinya. Misalnya, sudah sepantasnya bahan-bahan yang dipakai adalah bahan …asli, alami, sesuai dengan makna perlambangannya. Jadi, janganlah memilih bahan-bahan imitasi (lilin listrik, daun plastik), usahakan yang asli dan segar (tidak kering/kotor/berdebu, daun tidak diganti bunga/buah/ranting, dsb).

Bagaimana penggunaannya? Bisa saja lingkaran Adven hanya dianggap sebagai asesori atau dekorasi untuk mendukung Masa Adven. Mungkin hal itu belum cukup. Sebaiknya diadakan juga ritual khusus alias tindakan simbolis untuk atau dengan lingkaran itu. Misalnya, satu per satu pada setiap awal pekan (Minggu) lilin itu dinyalakan sebagai lambang makin memuncaknya harapan dan menambah cahaya hingga kedatangan Sang Cahaya. Penyalaan itu mengungkapkan kedatangan Kerajaan Allah yang setahap demi setahap. Ketika menyalakan, kita mengungkapkan harapan kita akan Kerajaan Allah itu dan komitmen kita untuk mewujudkannya di dunia ini.

Sejak semula memang lingkaran Adven digunakan untuk kegiatan devosional di rumah-rumah keluarga. Kemudian dimasukkan dalam gedung gereja dan menjadi bagian liturgi. Hingga sekarang pun kita bisa melihat praktek itu baik dalam rumah keluarga maupun gedung gereja. Namun, pihak pimpinan Gereja (Takhta Suci) sendiri tidak mewajibkan penggunaan lingkaran Adven dalam perayaan-perayaan liturgis selama Masa Adven.

Kreativitas dan penggunaan lingkaran Adven di rumah dan gereja bisa saja dibedakan. Misalnya sebagai berikut:

Di rumah-rumah:

ukuran lingkarannya sesuai dengan ruangan; …

kreativitas bahan lebih terbuka dinyalakan dalam suatu doa bersama seluruh keluarga pada Sabtu petang, menjelang gelap.

Di gereja:

ukuran yang cukup bisa dilihat banyak umat, sehingga simbolisasinya lebih hidup;

warna lilin semuanya putih, bermakna kemuliaan, kegembiraan, kebangkitan;

bisa juga dinyalakan dalam suatu ritus sederhana di bagian awal Misa pada setiap awal pekan (Minggu), bukan sekedar dinyalakan oleh putra altar atau koster.

“SELAMAT MEMASUKI MASA ADVEN, KITA SIAPKAN HATI DAN JIWA KITA UNTUK MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM HIDUP KITA”

SELAMAT JALAN MGR. DEMARTEAU

ImageImage

Telah berpulang menghadap Bapa di Surga

MGR. WILHELMUS JOANNES DEMARTEAU, MSF
Lahir Belanda pada Februari tahun 1917, ditahbiskan menjadi imam pada 27  Juli 1941
tutup usia Banjarmasin, 5 Desember 2012, Pk. 07.10 WITA  (BERUSIA 95 TH)
Kasih dan kesetiaan Beliau adalah Momentum besar bagi Keuskupan Banjarmasin yang baru akan berusia 75 th pada tahun 2013 yang akan datang.
Semoga arwah Beliau tenang di pangkuan Bapa di Surga.
Amin